Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Sering Kesemutan Tanda Gangguan Saraf Tepi

(Ind/H-3)
29/3/2017 03:15
Sering Kesemutan Tanda Gangguan Saraf Tepi
(THINKSTOCK)

KERAP kali rasa kesemutan dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Padahal, kesemutan yang kerap berulang bisa jadi merupakan gejala awal dari gangguan sel saraf tepi. Seperti yang dialami Sri Wahyu Ningsih, 56. Ia menuturkan, dirinya kerap kesemutan di tangan setelah lama mengetik di komputer. Mulanya, gejala tersebut ia abaikan saja. Selang beberapa minggu, timbul nyeri di sekitar telapak tangan seperti kram. Selain itu, telapak tangannya juga kerap terasa baal.

Setelah memeriksakan diri ke dokter, Sri didiagnosis mengalami carpal tunnel syndrome (CTS). CTS merupakan penyakit akibat terjepitnya saraf di telapak dan pergelangan tangan dengan gejala kesemutan, nyeri, dan mati rasa di telapak tangan hingga jari-jari. Dokter konsultan neurologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo, Manfaluthy Hakim, menjelaskan CTS yang dialami Sri diawali dengan kerusakan saraf tepi (serabut-serabut saraf yang ada di seluruh tubuh). Saraf tepi berfungsi sebagai penghubung antara saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) dengan seluruh organ tubuh. Apabila sel saraf tepi rusak, akan muncul gejala. Awalnya kesemutan, jika semakin berat muncul kram dan kebas. Kondisi tersebut dinamakan neuropati.

"Neuropati kebanyakan disebabkan karena trauma atau penjepitan saraf. Namun, bisa juga karena penuaan. Neuropati bisa juga disebabkan kerena kondisi medis lain seperti diabetes atau infeksi tertentu," terang dia dalam kampanye Lawan Neuropati yang diselenggarakan oleh Merck, di Jakarta, Rabu (22/3). Pada kasus Sri tersebut, menurut Manfaluthy, aktivitas ataupun pekerjaan yang terus berulang seperti mengetik dalam waktu lama tanpa adanya peregangan mengakibatkan saraf terjepit. Manfaluthy yang juga Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) itu menambahkan, apabila sering merasa kesemutan dan kebas, sebagiknya periksakan diri ke dokter. Menurutnya, pengobatan dini sangat penting. Mengingat regenerasi saraf membutuhkan waktu yang cukup lama. "Karena kemampuan regenerasi saraf hanya 1 milimeter per hari. Jadi kalau mengobati gangguan saraf tepi tidak bisa seminggu atau dua minggu, melainkan beberapa bulan. Namun, jika kerusakannya cukup parah, yaitu kehilangan serabut saraf di atas 50%, sudah tidak bisa ditangani lagi," terang dia.

Vitamin B
Bagaimana langkah mencegah neuropati? Manfaluthy menganjurkan untuk rutin berolahraga dan menerapkan pola makan gizi seimbang. Makanan-makanan seperti kacang-kacangan, sayur, dan daging merah banyak mengandung vitamin B yang baik untuk mencegah neurotropik. "Selain itu bisa juga mengonsumsi vitamin neurotropik, antara lain vitamin B1, B6, dan B12 secara rutin," imbuhnya. Pada kesempatan sama, Ketua Umum Pengurus Pusat Perdossi M Hasan Machfoed mengatakan konsumsi rutin vitamin neurotropik tidak akan menganggu fungsi ginjal ataupun hati.

"Sebab vitamin B jika berlebih akan dikeluarkan melalui urine," kata dia. Ia menjelaskan, vitamin B1, B6, dan B12 dapat menormalkan fungsi saraf dengan memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf dan memberikan asupan yang dibutuhkan supaya saraf dapat bekerja dengan baik. Manfaluthy menambahkan, karena penderita diabetes berisiko mengalami neuropati, pemberian vitamin neurotropik dianjurkan. "Pada sejumlah penelitian, pasien diabetes yang diberi vitamin neurotropik mengalami perbedaan signifikan. Setelah delapan minggu, ada peningkatan kecepatan hantar saraf," tukasnya. (Ind/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya