Headline
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
HARI Air Sedunia atau World Water Day tepat jatuh pada 22 Maret. Peringatan tahunan ini diharapkan dapat selalu menyadarkan masyarakat dunia terhadap pentingnya air bagi kehidupan dan pengelolaan air yang berkelanjutan. Indonesia turut menggaungkan peringatan tersebut karena juga menghadapi banyak persoalan mengenai kondisi air yang begitu memprihatinkan.
Indonesia memang sangat berlimpah air. Sayangnya, air yang dapat dikonsumsi masyarakat hanya sekitar 53 meter kubik per kapita per tahun. Hal itu tentu sangat jauh dari kondisi normal. Kalau kondisi normal, sebagai contoh, Amerika Serikat sudah menyediakan air untuk konsumsi sekitar 500 meter kubik per kapita per tahun atau Jepang mampu menyuplai 600-700 meter kubik per kapita per tahun.
Menjaga ketersediaan air baku, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, sangatlah penting. Soalnya air baku inilah yang biasa dikonsumsi masyarakat setiap hari. Tanpa pasokan air yang cukup dan bersih, keberlangsungan kehidupan akan terancam. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga ketersediaan air baku.
Direktorat Jenderal SDA Kementerian PU-Pera menargetkan suplai air baku yang bisa dikonsumsi masyarakat sebanyak 67,5 meter kubik per detik untuk seluruh Indonesia selama periode 2015-2019. Sejumlah kota dan provinsi sudah dalam bidikan. “Di Jakarta, kita akan menambah suplai air baku, termasuk Surabaya, Medan, dan daerah terpencil seperti Nusa Tenggara Timur. Selama lima tahun harus bisa kita wujudkan,” ujar Direktur Jenderal SDA Imam Santoso kepada Media Indonesia saat dihubungi pada Sabtu (18/3).
Untuk mencapai target suplai air baku itu, Imam menyebutkan pihaknya kini tengah merencanakan untuk membangun 1.862 tampungan air (embung) di seluruh Indonesia selama lima tahun. Embung-embung itu berkapasitas besar yang mampu menampung 200-500 meter kubik.
Selain itu, lanjut Imam, perlu mengontrol kualitas air baku yang layak konsumsi oleh masyarakat. “Untuk menjamin kualitas, kita harus melakukan beberapa hal seperti di daerah hulu menjaga daerah aliran sungai agar tidak terjadi penggundulan hutan atau mengubah alih fungsi hutan. Upaya lain yaitu tidak menanam tanaman yang sulit menyerap air seperti wortel, kentang, atau yang dapat menyebabkan kerusakan hara tanah sehingga terbawa ke sungai,” papar Imam.
Kementerian PU-Pera juga menyoroti pencemaran air, khususnya sungai, melalui pemberdayaan masyarakat bantaran dalam pengelolaan kualitas air sungai. Dalam hal ini, pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air tidak akan berhasil mencapai kinerja yang efektif tanpa partisipasi aktif masyarakat, baik sebagai bagian dari sumber pencemar maupun pihak yang berhak atas kualitas air yang baik.
“Kami bekerja sama dengan komunitas masyarakat peduli sungai dan sejumlah perguruan tinggi membentuk sekolah sungai untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pemeliharaan sungai,” ujar Sesditjen SDA Lolly Martina dalam konferensi pers di Kementerian PU-Pera, Jumat (17/3).
Air limbah
Salah satu penyebab air tercemar ialah air limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah industri. Namun, air limbah sejatinya dapat berharga secara ekonomis bila dikelola dengan tepat serta menjadi solusi yang efisien bagi kesehatan manusia dan ekosistemnya.
Kementerian PU-Pera berperan dalam kegiatan pembangunan dan rehabilitasi air baku, untuk kemudian disalurkan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari seperti air minum. Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU-Pera Dodi Krispratmadi mengemukakan pihaknya melakukan dua pendekatan dalam penanganan pengolahan air limbah. Pertama, pengelolaan air limbah berbasis masyarakat melalui program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas).
Dalam program Sanimas masyarakat berperan langsung dalam kegiatan pembangunan prasarana sanitasi dan pemerintah memfasilitasi serta memberikan pendampingan pelaksanaan kegiatan. Pembangunan Sanimas diprioritaskan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Beberapa kegiatan pembangunan Sanimas ialah pembangunan prasarana mandi cuci kakus (MCK), instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal, dan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) kombinasi dengan MCK dan sambungan rumah. “Kami telah melakukan program Sanimas di sekitar 9.000 lokasi di seluruh Indonesia. Pada 2016 sudah tercapai pembangunan sekitar 13.500 Sanimas. Satu Sanimas kira-kira bisa mencakup 70 keluarga,” ujar Dodi.
Pendekatan yang kedua dalam penanganan limbah, dikatakan Dodi, melalui pola penugasan struktural kepada lembaga di tingkat daerah, baik skala regional maupun kota. “Ada perusahaan daerah air minum (PDAM) yang ditugasi mengelola limbah, seperti PDAM di Solo, Medan, dan Bandung,” tandas Dodi. (S-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved