Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
SUASANA di Cikapundung Riverspot, Bandung pada Sabtu (11/2) lalu cukup ramai. Selain bertepatan dengan acara Cap Go Meh dan bazaar mingguan yang digelar secara rutin, keramaian di taman tepi sungai itu kian bertambah dengan hadirnya pasukan kebersihan cilik yang mengikuti acara Sabtu Seru. Kegiatan Sabtu Seru ialah gerakan pungut sampah yang, sesuai namanya, diadakan setiap Sabtu pagi.
Dimulai pukul 09.00 WIB tepat, rombongan siswa SD mulai membersihkan sampah di sepanjang jalan di sekitar Gedung Merdeka, Masjid Agung hingga ke Pendopo Walikota Bandung. Meskipun cuaca dingin sedang menyelimuti Kota Bandung, hal itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk mengumpulkan beraneka sampah plastik yang mereka temukan.
Selesai memungut sampah, para siswa SD ini diajak berkeliling museum Konferensi Asia Afrika (KAA) dan berakhir di tempat pertemuan awal untuk istirahat. Mereka juga disuguhi bermacam hiburan seperti senam bersama dan games berhadiah tumbler (botol minum) gratis.
Mungkin kita sering mendengar petuah 'Jika ingin berbuat baik, mulailah dari lingkungan terdekatmu'. Tampaknya hal itulah yang diamini dua komunitas anak muda yang berperan sebagai penggagas kegiatan, yaitu Young on Top Bandung (YoT) dan Bandung Clean Action.
Arinaldo, mahasiswa Universitas Telkom Bandung dan perwakilan YoT yang ditemui di lokasi menanggapi acara ini dengan positif. "Kegiatan ini sangat baik karena kita bisa langsung mengetahui efeknya. Lihat saja, lingkungan jadi lebih bersih dan enak dilihat."
Menurut remaja yang akrab disapa Edo itu, membuang sampah pada tempatnya harus dibiasakan sejak usia dini, agar terbawa sampai dewasa. Karena itu dia sangat bersyukur anak-anak SD di Bandung secara bergilir mendapat kesempatan untuk mengikuti Sabtu Seru.
Sependapat dengan Edo, Ibu Lies Kusmini, guru di SD Cijerah 2 juga mengapresiasi kegiatan tersebut.
"Melalui kegiatan ini anak-anak tidak hanya mendapat edukasi, tetapi bisa langsung terjun ke lapangan untuk merasakan bagaimana indahnya Kota Bandung jika bersih setiap hari. Saya kira ini hal yang sangat bagus untuk murid-murid saya. Mereka juga terlihat sangat antusias karena belajar sambil bermain," ujarnya.
Menyambut Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada 21 Februari, baik Edo maupun Ibu Lies sama-sama memaknainya sebagai titik perubahan tingkat kebersihan di kota-kota besar di Indonesia. Selain kegiatan pungut sampah seperti di Cikapundung Riverpot, masih banyak cara untuk mengurangi sampah secara efektif, salah satunya lewat daur ulang benda yang masih layak pakai.
Apapun caranya, keduanya berharap Indonesia khususnya Kota Bandung menjadi semakin bersih dan sehat. Dalam meningkatkan kepedulian mereka terhadap sampah, mereka pun mempunyai caranya sendiri.
Edo yang mewakili anak muda cenderung kepada pengurangan sampah secara bertahap. Sedangkan Ibu Lies yang kebetulan adalah ketua RW di Soreang kerap menempelkan stiker di lingkungan rumahnya untuk mengingatkan keluarga agar tidak lupa membuang sampah. Ia juga membuat banyak bak sampah dan mengajak warga agar memilah sampah bersama sebelum dibuang.
Motivasi menjaga kebersihan memang harus ditanamkan sejak kecil dan dimulai dari keluarga agar menjadi sebuah kebutuhan dalam diri. Jika dilakukan secara rutin, bukan tidak mungkin kota Bandung dan kota-kota lainnya menjadi kota yang bebas sampah. (Adv/X-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved