Headline
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.
MENINGGAL mendadak akibat jantung (sudden cardiac death) atau henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest) tidak sama dengan serangan jantung (heart attack). American Heart Association (AHA) mendefinisikan meninggal mendadak akibat jantung merupakan kematian mendadak akibat jantung yang terjadi dalam 1 jam sejak awal gejala muncul.
Itu disampaikan dr. Jeffrey Wirianta SpJP FIHA, spesialis jantung intervensi RS Jantung Diagram, Cinere, Depok. "Henti jantung mendadak merupakan masalah kelistrikan jantung yang membuatnya berhenti berdetak. Henti jantung mendadak dapat menyebabkan kematian karena jantung tidak bisa memompa darah dan menimbulkan kehilangan kesadaran."
Henti jantung mendadak kadang-kadang didahului beberapa gejala seperti pingsan, pandangan gelap, pusing, nyeri dada, sesak napas, lemas, dan muntah. Namun, bisa juga terjadi tanpa ada gejala awal. Saat terjadi henti jantung mendadak, tanda yang paling nyata yakni hilangnya denyutan nadi.
"Beberapa tindakan bantuan yang bila segera dilakukan bisa mengembalikan kondisi henti jantung. Namun, bila tidak, hampir pasti pasien segera meninggal. Akibat aliran darah ke otak tidak mencukupi, korban akan kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas."
Penelitian menemukan bahwa 80% kasus henti jantung mendadak disebabkan masalah jantung koroner. Sekitar 10%-15% disebabkan kemampuan memompa jantung atau gagal jantung (baik dengan atau tidak ada hubungannya dengan koroner). Sisanya karena penyakit jantung bawaan.
"Pengalaman dengan serangan jantung dapat membuat bagian otot jantung yang rusak bekerja. Bila seseorang pernah mengalami serangan jantung, kemungkinan kena sudden arrest bisa empat kali lipat. Lalu bila kemampuan pompa jantung seseorang sudah turun 50%, risiko sudden arrest tinggi," tambahnya.
Para ahli mengatakan 10 menit adalah waktu yang optimal untuk menolong seseorang dengan henti jantung mendadak agar dapat tertolong. "Empat menit merupakan waktu minimal agar pasien dapat tertolong dengan kesempatan selamat 50%. Para ahli lain bahkan menghitung kesempatan untuk selamat menurun 70% tiap menit," tambahnya. (RO/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved