Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Kreativitas Tentukan Kemakmuran

Dinny Mutiah
28/10/2015 00:00
Kreativitas Tentukan Kemakmuran
mediaindonesia(Sumber: Martin Prosperity Institute/World Economic Forum/Grat/Zic/L-2/Grafis Ebet)

SEBAGAI negara berkembang, Indonesia membutuhkan pemudapemuda yang kreatif karena kreativitas menjadi salah satu nilai penunjang sebuah kesuksesan. Kreativitas bukan hanya cukup ditanamkan, melainkan juga harus diasah agar mendapatkan kualitas yang lebih.

Merujuk pada hasil survei Global Creativity Index 2015 Martin Prosperity Institute, Indonesia termasuk negara yang belum kreatif.  Berdasarkan hasil survei itu, Indonesia menempati peringkat 115 dari 139 negara.Kedudukan Indonesia jauh di bawah negara tetangga seperti Singapura (9), Malaysia (63), dan Vietnam (80).

Kreativitas berkorelasi dengan daya saing dan kemakmuran suatu negara. Tidak mengherankan jika posisi Indonesia dalam daya saing global hanya mampu menempati peringkat ke-34 dari 144 negara berdasarkan Global Competitiveness Report 2014- 2015 yang dipublikasikan oleh World Economy Forum. Adapun Singapura menempati peringkat kedua.

Fakta ini menjadi ironi yang patut dijadikan cermin atau renungan bersama dalam perayaan Hari Sumpah Pemuda ke-87, hari ini. Ikrar Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia dan dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Pasalnya, meski Indonesia sudah 70 tahun merdeka, pertumbuhan ekonominya masih bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam ketimbang kreativitas dan inovasi sumber daya manusianya.

Di lain pihak, Singapura dan Jepang yang tidak memiliki sumber daya alam melimpah telah berubah menjadi negara yang makmur sejahtera.

"Apa yang menyamakan negaranegara maju adalah semangat untuk berusaha, semangat untuk berinovasi dalam memajukan bangsanya. Timbullah konsep yang kita sebut nilai tambah, yang berasal dari teknologi dan pendidikan atau riset. Nilai tambah membawa pendapatan yang menjadi unsur kemakmuran masyarakat," tutur Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memberikan kuliah umum di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta, belum lama ini.

Industri kreatif
Dalam industri kreatif, kreativitas merupakan syarat utama untuk masuk dan berkompetisi di dalamnya. Artinya, ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia menjadi modal utama yang akan mendorong terjadinya inovasi.

Ini juga yang turut menjadikan Amerika Serikat sebagai salah satu negara maju dalam perekonomian dunia, melalui keberadaan Silicon Valley di Negara Bagian California.

Silicon Valley merupakan kawasan elite yang merupakan pusat dari beragam perusahaan papan atas di bidang semikonduktor dan teknologi informasi, seperti Apple, Facebook, Google, dan Intel.

Dengan fakta pentingnya inovasi itu, tidak mengherankan bila Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan dunia usaha butuh visi pembangunan yang integratif dalam rangka meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam tata kelola perusahaan.

Ia mencontohkan inovasi digital yang dilakukan oleh perusahaan Uber, yang karena inovasi digitalnya telah memiliki kapitalisasi sekitar US$50 triliun dari seluruh dunia. Padahal, lanjutnya, perusahaan Uber baru berusia beberapa tahun, tetapi kapitalisasinya hampir sama dengan perusahaan Goldman Sachs yang sudah berusia lebih dari seabad.

"Keunggulan Uber ialah dalam penerapan sistem tata kelola digital yang inovatif sehingga tanpa memiliki kendaraan sendiri, mereka dapat mengoperasikan begitu banyak kendaraan dan menjangkau pasar yang luas," sebut Suryo.

Uber menghadirkan pelajaran bahwa perusahaan-perusahaan yang tidak adaptif, miskin kreasi dan inovasi akan mudah tersingkir.

Bagaimana dengan Indonesia? Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang dibentuk oleh Presiden Joko Widodo merupakan langkah awal pengembangan ekonomi kreatif di Tanah Air.  Dari puluhan jenis sektor industri kreatif, Bekraf mengaku akan memfokuskan pada pengembangan fi lm, aplikasi, dan musik.

"Ketiga subsektor itu dipercaya dapat mendongkrak perkembangan subsektor industri kreatif lainnya seperti desain komunikasi visual, seni pertunjukan, dan animasi," demikian tercantum dalam laman Ekon.go.id.

Pengamat industri kreatif Cokorda Isti Dewi menyatakan ekonomi kreatif tak akan berkembang jika tidak didukung oleh SDM yang kreatif. "Sistem pendidikan di Indonesia masih lemah. Lebih banyak doktrin yang kurang memberikan ruang bagi kita untuk curious dalam menghargai literasi," ujar Dewi kepada Media Indonesia di Jakarta, Selasa (27/10).

Bekraf belum bisa bekerja karena terkendala pemantapan struktur organisasi. Akibatnya, bujet yang disiapkan tidak bisa diserap sama sekali.

"Kelembagaan ini bukan hanya tentang orang-orangnya, melainkan juga sinkronisasi regulasi atau kebijakan. Penguatan kelembagaan ini perlu dipercepat karena portofolionya bukan sektor yang kecil, melainkan melibatkan lintas kementerian," cetus Dewi. (Ant/S-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya