Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Membayangkan Owa Bersanding Taman Hiburan

17/12/2016 01:30
Membayangkan Owa Bersanding Taman Hiburan
(MI/BINTANG KRISANTI)

IRMA sepertinya sadar betul sosoknya menggemaskan sekaligus cantik.

Begitu kami mendekat ke kandangnya, Irma keluar dari persembunyian dan bergelayut di dahan-dahan buatan yang menghadap ke arah kami.

Sesekali ia berhenti dan seperti sengaja memberikan pose terbaik sehingga wajah dan tubuhnya yang berbulu keabu-abuan bisa dijepret dengan baik.

Irma memang primata, tepatnya spesies owa jawa (Hylobates moloch). Berusia satu tahun, tingkah Irma layaknya bocah yang senang bermain.

Tingkahnya yang cukup aktif sekaligus pertanda baik akan trauma yang berangsur pulih.

"Dia diserahkan ke sini usia empat bulan setelah diselamatkan dari upaya penyelundupan oleh perempuan warga negara Kuwait. Dia diikat ke betis perempuan itu, pakai semacam kantong lalu. Sebenarnya ada satu lagi selain Irma, tapi keburu mati," tutur Pristiani

Nurantika, dokter hewan di pusat rehabilitasi Javan Gibbon Center (JGC) di Resor Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Jawa Barat, Selasa (22/11).

Owa jawa yang telah dijadikan koleksi manusia tidak mudah dikembalikan ke alam karena umumnya telah kehilangan sifat-sifat alamiah.

Merehabilitasi sifat-sifat alamiah inilah salah satu fungsi yang dilakukan JGC.

Selain Irma ada 19 owa jawa lain yang dirawat JGC saat ini, termasuk lima pasangan individu dewasa.

Tiap pasangan owa jawa ini mendiami kandang terpisah. Kami sempat melihat ke salah satu kandang tempat owa jawa betina tengah mengandung.

"Mereka ini sifat-sifat alamiahnya sudah cukup baik, tapi nanti pelepasliaran menunggu lahiran dulu dan sampai bayinya berusia setahun agar cukup kuat. Jadi mungkin masih satu setengah tahun lagi," jelas Pristiani.

Sayangnya ada pula owa yang amat mungkin tidak dapat dilepasliarkan lagi karena sakit.

Contohnya Devi yang menderita epilepsi akibat sering mendapat pukulan di bagian kepala oleh pemiliknya yang dulu.

Pristiani menjelaskan ada pula kondisi owa yang tidak bisa dilepasliarkan lagi karena depresi akibat kehilangan pasangan.

Jika sudah siap, owa dari JGC akan dilepasliarkan di hutan lindung Malabar, Bandung.

"Setelah 2009 memang tidak lagi dilepasliarkan di sini (TNGGP) karena di sini komunitas owanya sudah jadi sudah stabil. Kalau memasukkan lagi yang baru kurang bagus. Dipilih di Malabar karena ada sejarah dulu pernah ada owa di sana dan juga lahannya 8.000 hektare jadi cukup untuk sampai 100 keluarga owa," tutur Anton Ario, Gedepahala Program Manager Conservation Intetnational Indonesia.

Rencana Pembangunan

Berbicara kepada rombongan media yang berdiri sekitar tiga langkah dari kandang Irma, Pristiani menjaga suaranya agar tetap pelan dan juga mengingatkan kami untuk melakukan hal yang sama.

Kami pun hanya diperkenankan sekitar 15 menit di depan kandang Irma.

"Karena tujuan rehabilitasi ini ialah mengembalikan sifat-sifat alamiah dia. Jadi, memang seharusnya interaksi dengan manusia seminim mungkin," tambah Pristiani.

Namun, ketenangan alam di tepi TNGGP inilah yang kini mulai dikhawatirkan.

Pasalnya tepat di sebelah lahan mereka, yang berarti juga tepat di luar wilayah TNGGP, akan dibangun taman hiburan yang merupakan kerja sama MNC dengan Presiden Amerika Serikat Terpilih Donald Trump.

Rencana pembangunan taman hiburan ini dikatakan pula oleh Kepala Balai TNGGP Suyatno Sukandar.

"Memang sudah sampai tahap MoU dengan Kementerian Kehutanan. Kita mengajak MNC untuk kerjasama untuk menyusun cetak biru perencanaan (taman hiburan). Ini agar Taman Nasional tidak tertutup, tapi ikut berkembang," tuturnya Rabu (23/11).

Suyatno menjelaskan kerja sama dengan MNC merupakan hal yang tidak bisa dihindari karena kini wilayah TNGGP di resor tersebut telah dikelilingi tanah milik MNC.

Saat ini pun untuk menuju TNGGP, pendatang harus melalui tanah MNC dan melalui jalan yang dijaga pihak perusahaan tersebut.

Jika tidak ada kerja sama, Suyatno menilai akses untuk menuju TNGGP akan hilang.

Suyatno memastikan pembangunan taman hiburan itu tidak akan mengganggu habitat penting di TNGGP.

"Pembangunan itu tidak akan mengganggu satwa karena habitat pentingnya masih jauh sekitar 2-3 km ke dalam," tukasnya.

Suyatno menambahkan pihaknya akan sedapat mungkin membuat kerja sama yang melindungi kelestarian TNGGP.

Dengan adanya kerja sama tersebut, pihaknya dapat mengetahui pembangunan yang akan direncanakan pihak MNC dan akan memberikan masukan-masukan yang menjaga TNGGP.

Di sisi lain, sesungguhnya TNGGP juga sedang merencanakan pembangunan fasilitas skyline di dalam wilayah mereka.

"Karena orang-orang tua kan enggak kuat kalau mau liat puncak. Jadi rencana akan dibangun skyline dari Bodogol ini sampai puncak. Tapi masih studi awal," tutur Kabid Wilayah 2 Sukabumi TNGGP, Sri Andayani. (Big/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya