Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
Salah satu stand yang mendapat banyak perhatian dari pengunjung pada Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 yang diadakan di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Kota Bandung adalah Inovasi kendaraan tanpa awak karya anak bangsa.
Di ajang yang mempertemukan para peneliti, akademisi, dan pelaku industri teknologi ini, prototipe kendaraan otonom listrik bernama AVA (Autonomous Vehicle AVA) menjadi salah satu sorotan utama di area pameran teknologi.
AVA adalah kendaraan otonom berbasis listrik yang dikembangkan melalui kolaborasi strategis antara PT Alam Virtual Semesta (AVS Simulator), PT Sibernetika, PT TESA (Teknologi Sahabat Alam) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Dirancang sebagai solusi mobilitas cerdas berbiaya rendah, kendaraan ini menargetkan aplikasi di sektor industri, logistik, hingga pariwisata dalam area terbatas.
Head of Electronics Engineering PT AVS, Jusan Qithri Jumat (9/8) menerangkan, AVS dirancang untuk menjawab kebutuhan kendaraan otonom yang ekonomis dan bisa langsung digunakan, terutama di lingkungan bandara, kawasan industri serta perkantoran.
“AVS ingin menunjukkan bahwa teknologi kendaraan tanpa awak bisa dikembangkan di dalam negeri, dengan biaya yang jauh lebih terjangkau dibandingkan teknologi berbasis lidar atau GPS mahal," tuturnya.
Memurut Jusan, berbeda dari kendaraan otonom konvensional, AVA mengandalkan teknologi kamera adaptif dan sistem drive-by-wire, dipadukan dengan komputer vision dan kecerdasan buatan (AI). Kendaraan ini mampu menavigasi jalur menggunakan pola garis yang dibaca kamera, tanpa memerlukan GPS.
“Kendaraan bisa mengenali jalur, berhenti di titik yang telah diprogram, dan berjalan mandiri dalam lingkungan yang terkendali. AI-nya memungkinkan sistem mengenali pola visual di lintasan secara real-time,” jelasnya.
Saat ini kata Jusan, AVA telah diuji dalam lingkungan tertutup dan mampu menempuh hingga 100 kilometer dalam sekali pengisian daya. Kendaraan ini mampu mengangkut 4–6 penumpang atau hingga 300 kg, menjadikannya cocok untuk keperluan antar-jemput dalam area perkantoran besar, bandara, hingga kawasan wisata.
"AVA merupakan hasil dari integrasi berbagai keahlian. PT TESA menangani pengembangan bodi dan sistem kelistrikan kendaraan. PT AVS bertanggung jawab pada sistem kontrol dan aktuator (low-level), termasuk sistem pengereman, kemudi dan penggerak," tuturnya.
Sementara itu, lanjut Jusan, PT Sibernetika dan ITB menangani sistem kendali tingkat tinggi (high-level), termasuk pemrosesan visual dan pengambilan keputusan berbasis AI. Kuncinya ada pada integrasi teknologi.
"Kami yakin SDM lokal mampu. Kami tidak menciptakan dari nol, tapi merangkai dan mengembangkan sistem yang sudah ada menjadi solusi baru yang aplikatif,” ungkapnya.
Jusan menambahkan, meskipun AVA masih dalam tahap prototipe, sudah ada sejumlah pihak yang menyatakan minat, termasuk dari sektor militer untuk kebutuhan logistik di wilayah berisiko tinggi.
“Memang belum masuk tahap produksi massal. Tapi minat sudah ada. Kita sedang eksplorasi pasar. Harapannya AVA bisa menjadi kendaraan tanpa awak pertama dari Indonesia yang benar-benar digunakan secara komersial," ungkapnya.
Harga kendaraan ini lanjut Jusan, dijual dengan kisaran Rp450 hingga Rp500 juta/unit, kompetitif dengan mobil golf listrik yang saat ini digunakan di banyak kawasan tertutup. Pengunjung dapat mencoba langsung simulator AVA yang memperlihatkan bagaimana sistem kamera membaca garis jalur dan mengenali titik berhenti secara mandiri.
Dengan proyeksi pasar kendaraan otonom global yang diprediksi mencapai US$300–US$400 miliar pada 2035. (McKinsey, 2023), kehadiran AVA di KTSI 2025 menjadi penanda bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga produsen dan inovator dalam teknologi mobilitas masa depan. (H-1)
Bidang AI, inoavi Rissa, sebuah sistem berbasis digital yang dirancang untuk menjalankan layanan masyarakat secara lebih efisien.
Tim riset Universitas Padjajaran antusias booth-nya dikunjungi Presiden RI Prabowo Subianto di acara Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 di Bandung.
Para peneliti dan akademisi memiliki tugas mulia dalam memajukan industri dan menghasilkan SDM unggul.
KSTI 2025 ini juga dikatakan menjadi pertemuan untuk menyusun Peta Jalan Riset, Inovasi dan Teknologi di Indonesia,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved