Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
DIABETES melitus yang menimpa anak dan remaja umumnya tipe 1, yakni diabetes yang ditandai ketidakmampuan tubuh memproduksi hormon insulin dalam jumlah cukup untuk memasukkan gula dalam darah ke sel-sel tubuh. Penyakit itu tergolong idiopatik. Artinya, penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Namun, belakangan ini, diabetes tipe 2 juga mulai dijumpai pada anak-anak dan remaja. Diabetes tipe 2 lebih banyak terjadi karena faktor gaya hidup selain dipengaruhi faktor genetik. Penderita diabetes tipe 2 memiliki jumlah insulin yang cukup, tapi tubuh resisten sehingga insulin tersebut tidak berfungsi optimal. Lama-kelamaan, produksi insulin juga berkurang.
"Sekarang bukan diabetes tipe 1 saja yang dialami anak-anak, diabetes tipe 2 juga sudah mulai ada," ujar dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes, Sidartawan Soegondo, pada kampanye Gerakan Indonesia Lawan Diabetes yang digelar Kementerian Kesehatan dan PT Kalbe Farma Tbk di Senayan, Jakarta, Minggu (20/11). Sidartawan menjelaskan dulu kasus diabetes tipe 2 umumnya dialami orang dewasa usia 40 tahun ke atas. Namun, saat ini kasusnya juga ditemukan pada usia-usia muda, 12-25 tahun.
"Sebagian besar kasus diabetes tipe 2 pada anak dan remaja yang saya temui dipicu berat badan berlebih karena pola makannya tidak benar dan aktivitas fisiknya kurang," jelas Sidartawan. Ketua Pengurus Besar Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Agung Pranoto menambahkan, untuk menekan risiko diabetes tipe 2 pada anak dan remaja, orangtua perlu membiasakan anak untuk hidup sehat, termasuk menjalankan pola makan gizi seimbang dan memperbanyak aktivitas fisik.
Selain itu, ia menyarankan anak yang memiliki orangtua penderita diabetes agar rutin diperiksa gula darahnya. "Bisa dimulai sejak usia SMA," jelas Agung yang juga dokter konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes. Pada kesempatan sama, Direktur Pencegahan Penyakit tidak Menular Kementerian Kesehatan, Lily Sulistyowati, mengatakan diabetes merupakan penyakit yang bisa menimbulkan berbagai komplikasi berbahaya seperti penyakti jantung, stroke, dan gagal ginjal. "Jika komplikasi telah terjadi, biayanya pun akan sangat mahal," kata Lily. Menurutnya, data BPJS Kesehatan pada 2014 menunjukkan diabetes dan komplikasinya menjadi kelompok penyakit berbiaya tinggi. Kegiatan seperti gerakan Indonesia Lawan Diabetes menjadi salah satu upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya diabetes.
Program dukungan
Pada kesempatan sama, Group Business Head Kalbe Nutritionals Division Diny Elvirani menjelaskan gerakan Indonesia Lawan Diabetes telah dicanangkan sejak Agustus lalu. Program itu mencakup seminar edukasi bagi tenaga medis dan masyarakat awam serta peluncuran microsite www.indonesialawandiabetes.com untuk menampung 50 ribu aksi #Indonesialawandiabetes yang mengajak masyarakat mengunggah foto cek gula darah, olahraga rutin, dan aksi makan sehat. "Seminar edukasi telah menjangkau lebih dari 50 ribu masyarakat awam di lebih dari 43 kota di seluruh Indonesia. Program 50 ribu aksi juga telah mendapatkan respons yang diharapkan. Jumlah peserta aksi bisa dilihat di www.indonesialawandiabetes.com. Per 15 November 2016 sudah mencapai lebih dari 48 ribu peserta dan jumlahnya masih akan terus bertambah,” terang Diny. Seluruh aksi yang terkumpul hingga akhir November 2016 akan dikonversi menjadi bentuk dukungan berupa pengecekan gula darah dan pangan nutrisi untuk didonasikan kepada layanan kesehatan di berbagai wilayah di Indonesia yang memiliki prevalensi diabetes tinggi. (*/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved