Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi baru lahir. Namun, setelah enam bulan, ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Bayi memerlukan makanan pendamping ASI (MPASI). Orangtua wajib memberikan MPASI secara tepat agar bayi bertumbuh kembang optimal. Menurut Ketua Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo, Damayanti Sjarif, MPASI perlu diberikan saat bayi berusia 6 bulan.
"Di usia tersebut, pemberian ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizinya yang semakin meningkat. MPASI diperlukan untuk menutup kekurangan itu. Jika tidak, anak akan kekurangan gizi," ujarnya pada seminar dan pelatihan praktik pemberian makan yang tepat pada bayi dan batita (anak di bawah tiga tahun), yang diselenggarakan Promina di Jakarta, Sabtu (12/11). Selain itu, lanjut Damayanti, di usia 6 bulan bayi umumnya sudah bisa menegakkan kepala, salah satu syarat bayi bisa diberi makanan padat. Bayi dengan kondisi medis tertentu, seperti berat badannya di bawah standar, bisa saja mulai diberi MPASI di usia 4 bulan. "Namun, dokterlah yang bisa menentukan apakah bayi perlu diberi MPASI lebih awal atau tidak," imbuh dokter spesialis anak itu.
Pemberian MPASI tentu saja dilakukan secara bertahap, baik jenis makanannya maupun teksturnya. Satu hal yang harus diperhatikan, kata Damayanti, MPASI harus memenuhi berbagai kebutuhan zat gizi makro (karbohidrat, lemak, dan protein) serta mikro (vitamin dan mineral). "Terutama zat besi yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak. Otak anak berkembang pesat hingga usia 2 tahun. Waktu itu tidak akan terulang. Kita harus memanfaatkan kesempatan itu dengan memberi nutrisi yang dibutuhkan."
Karena itu, ia menekankan pentingnya variasi jenis makanan, juga suplementasi atau konsumsi MPASI yang difortifikasi (diperkaya) dengan tambahan vitamin dan mineral sebab untuk zat gizi tertentu sangat sulit dipenuhi dari makanan biasa. Contohnya, di usia 6-12 bulan kebutuhan bayi akan zat besi mencapai 11 mg/hari. Makanan yang kaya akan zat besi, antara lain daging merah. Dalam 90 gram daging rata-rata terkandung 2,5 mg. "Jadi, untuk memenuhi 10 mg zat besi saja, bayi perlu mengonsumsi 360 gr daging merah setiap harinya. Padahal, kapasitas lambungnya masih kecil. Di sinilah MPASI yang difortifikasi zat besi berperan penting."
Damayanti menambahkan, sejak dalam kandungan, janin mulai dapat membedakan rasa air ketuban yang dipengaruhi asupan makanan ibu. Hal itu menjadi perbendaharaan rasa makanan bagi bayi. "Oleh karena itu, penting untuk memberi kesempatan pada anak agar mencoba banyak rasa. Semakin beragam variasi rasa makanan yang diperkenalkan, anak akan semakin kaya dengan perbendaharaan rasa sehingga anak tidak menjadi picky eater (pilih-pilih makanan)."
Damayanti mengingatkan, pemberian makan pada bayi dan anak harus terjadwal. Tujuannya, untuk membentuk pola makan baik yang pada akhirnya juga akan memudahkan ibu maupun pengasuh. "Banyak ibu mengeluh tidak sempat melakukan ini itu karena harus mengurus bayi. Padahal, itu bisa diatasi dengan penjadwalan kegiatan." Anak, lanjutnya, perlu mendapat makanan utama/besar tiga kali sehari dengan selingan makanan kecil di antaranya.
Setiap sesi makan sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Jika selama 30 menit itu anak hanya makan sedikit atau bahkan tidak mau makan, jangan dipaksa. Beri anak makan hanya di jadwal makan berikutnya. "Biarkan anak merasakan lapar dan belajar menggunakan waktu makan dengan baik," jelas Damayanti. Memaksa anak makan berisiko membuat anak trauma yang pada akhirnya malah lebih sulit makan. Lagi pula, setelah terhidang 30 menit, makanan yang tersaji umumnya sudah tidak enak lagi disantap.
Tingkatkan bonding
Pada kesempatan sama, dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi Luh Karunia Wahyuni menjelaskan keterampilan makan merupakan sesuatu yang harus dipelajari dengan stimulasi yang benar. "Dimulai sejak usia 6 bulan dengan bubur halus, 8 bulan ke atas dengan bubur tim atau makanan yang dicencang lebih kasar, hingga pada saat 12 bulan diperkenalkan dengan makanan keluarga." Dokter spesialis kesehatan jiwa konsultan kesehatan jiwa anak dan remaja, Tjhin Wiguna, menambahkan ibu maupun pengasuh perlu mempraktikkan cara pemberian makan yang responsif agar pengalaman makan menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi anak.
"Menjadikan kegiatan makan pada anak sebagai pengalaman yang menyenangkan dapat meningkatkan bonding ibu dan anak, serta dapat menjadi stimulasi bagi perkembangan psikososial anak," ujarnya. Sementara itu, mewakili pihak Promina, Scientific and Medical Program Divisi Nutrition and Special Food Indofood, Andri Susanti, menjelaskan seminar tersebut merupakan bagian dari pertemuan ilmiah tahunan Current Issue in Pediatric Nutrition & Metabolic Problems (Ciprime) yang rutin diselenggarakan pihaknya dengan diikuti para praktisi kesehatan. "Dalam rangkaian kegiatan seminar ini, Promina yang merupakan brand MPASI fortifikasi menyosialisasikan kriteria empat tepat dalam memilih makanan untuk si kecil, yaitu tekstur yang tepat, pilihan rasa bervariasi, asupan gizi lengkap, dan tahapan usia sesuai," ujarnya. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved