ANGKA deforestasi hutan dinyatakan melambat oleh Global Forest Resources Assessment PBB (GFRA) 2015. Akan tetapi, catatan yang dibuat sejak 1990 itu juga menyorot kerusakan cukup parah telah berlangsung selama 25 tahun.
Salah satu ahli kehutanan Universitas Melbourne yang juga bergabung dengan GFRA Rod Keenan mengingatkan untuk meningkatkan kawasan hutan sejalan dengan pertumbuhan polusi.
"Di negara-negara berpenghasilan rendah dengan tutupan hutan yang tinggi, hutan dibuka langsung oleh individu, keluarga, dan pertanian skala besar untuk pembangunan ekonomi yang lebih luas," ungkap Keenan yang mencatat tiga negara dengan tutupan hutan sedang, tapi hilang secara cepat, seperti Ghana, India, dan Vietnam.
Kehilangan hutan kerap dikaitkan dengan peristiwa alam seperti kebakaran dan kekeringan. Meski begitu, Indonesia yang kerap mengalami kebakaran hutan, dinilai telah mengalami perlambatan deforestasi, yakni dua pertiga lebih lambat antara 1990 dan 2000.
Brasil juga dimasukkan ke negara yang mengalami perlambatan deforestasi. Tingkat kerugian Brasil kini menurun hingga 40% dari 1990-an.
Keenan menekankan pentingnya pembuatan peraturan yang mencakup penghentian konversi hutan, penyediaan dana pengelolaan hutan yang lebih baik, dan pemberian insentif untuk meningkatkan kawasan hutan.