Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Pemerintah Dituntut Benahi PTS

MI
19/10/2016 09:00
Pemerintah Dituntut Benahi PTS
(Antara/Didik Suhartono)

PERGURUAN tinggi swasta (PTS) telah memberikan peran besar terhadap perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Peran negara, khususnya dalam bidang pendidikan tinggi, telah diambil sebagian besar oleh PTS.

Demikian penegasan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan ketika membuka Musyawarah Wilayah Ke-5 Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Wilayah IV A Jawa Barat di Bandung, kemarin.

"Pendidikan harus terus kita perbaiki terutama pada tingkat perguruan tinggi. PTS telah mengambil peran negara begitu besar. Termasuk tingkat angka partisipasi kasar di Jabar juga bisa naik berkat PTS," kata Ahmad Heryawan yang akrab disapa Aher.

Hal ini menjadi wajar karena 97% dari perguruan tinggi yang ada di Indonesia adalah PTS dan hanya 3% negeri. Adapun, jumlah mahasiswa 70% di antaranya mengenyam PTS dan 30% sisanya menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri (PTN).

Oleh karena itu, pemerintah harus fokus mengembangkan PTS di Tanah Air. Menurut Aher, peran negara perlu lebih dikuatkan untuk mengembangkan PTS sehingga ada kesetaraan dengan PTN.

"Ketika negara sudah diuntungkan dengan kehadiran PTS. Sekarang tinggal negara mengokohkan peran PTS dengan cara memprogramkan kesetaraan perlakuan demi kualitas dan masa depan bangsa," ujar Aher.

Di sisi lain, Ketua Aptisi Wilayah IV A Jabar sekaligus Ketua Aptisi Pusat Budi Djatmiko mengakui ada kekeliruan dalam pola dan strategi pengembangan pendidikan di Indonesia sehingga dunia pendidikan jauh tertinggal dari negara lain.

Menurut Budi, selama ini pengembangan perguruan tinggi Indonesia hanya fokus pada bidang akademik tanpa mengedepankan bidang vokasi. "Di Indonesia ada 4.500 PTS dan negeri. Jumlah PTN 170. Sisanya swasta sekitar 4.330 dan memiliki 2.370 program studi dan 95% mengandalkan pendidikan akademik. Hanya 5% pendidikan vokasi.

"Budi menjelaskan hal ini terbalik dengan negara-negara seperti Jerman, Jepang, dan Korea. Pendidikan vokasi di negara-negara tersebut mencapai 15%, sedangkan akademik 85%. Adapun kebutuhan dunia akan tenaga akademik seperti dosen dan periset hanya mencapai 5%. (EM/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya