Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Lebih Akrab di Pameran Dagang

MI
16/10/2016 09:34
Lebih Akrab di Pameran Dagang
(Antara)

BERGELUT di industri fesyen Amerika Serikat bukanlah hal baru bagi Ardistia Dwiasri. Seusai menyelesaikan kuliah desain di New York, ia langsung merintis karier di kota itu.

Bekerja di rumah mode ternama pun telah dilakoni Ardistia, termasuk di Tommy Hilfiger. Pada 2005 ia pun mantap mendirikan label sendiri, Ardistia New York.

Setelah lima tahun berkarya, Ardistia memutuskan pulang ke Indonesia meski penjualan di New York tetap berlanjut hingga kini. Hijrah dari New York tidak membuat Ardistia berhenti berekspansi di kancah internasional.

Desainer 36 tahun itu memilih berfokus di pasar Asia, seperti Hong Kong, Korea, Singapura, dan Australia. Sementara itu, untuk menjajaki negara lainnya, Ardistia lebih menyukai skema pameran dagang.

Salah satunya ia mengikuti undangan pameran dagang di Moskow, Rusia. "Undangan itu saya ambil karena konsepnya B to B (bisnis ke bisnis). Fokus saya memang di situ meski di acara itu saya juga menggelar peragaan," tuturnya.

Baginya, konsep pameran dagang atau ekshibisi lebih efektif karena desainer bisa berkomunikasi dengan calon pembeli. Klien juga bisa memiliki pengalaman langsung untuk merasakan material yang digunakan, mengetahui proses pembuatan, dan inspirasinya.

Meski begitu, ia mengakui transaksi tidak mesti langsung terjadi. "Transaksi memang tidak akan terjadi langsung, tetapi membangun jaringan itu hal yang penting," tambahnya.

Konsep ekshibisi juga lebih disukai Auguste Soesastro. Namun, alasannya bukan semata jualan. "Jiwa saya lebih keluar saat bisa menjelaskan setiap koleksi saya. Tamu yang datang pun dapat melihat setiap detail karya saya tanpa dibatasi waktu. Sedangkan di panggung, satu look hanya bisa dinikmati dalam waktu sekitar 20 detik, belum lagi kalau pandangan terdistraksi dengan penampilan model," tutur pria yang mendirikan label Kraton di New York pada 2008 tersebut.

Baginya, jika kemudian karyanya dapat dijual, itu merupakan kesuksesan tambahan. "Jualan itu sekunder, itu hasil. Sementara yang utama ya pencurahan emosi dari seniman, jujur dalam berkarya," pungkasnya.(Wnd/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik