Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
UNGKAPAN banyak jalan menuju Roma tampaknya tepat untuk menggambarkan proses menembus pekan mode internasional sekarang ini. Jika Anniesa dan Auguste menembusnya dengan menunjukkan konsistensi, jalan Nonita Respati terbuka lewat undangan dari Konsulat Jenderal RI.
Nonita yang merupakan pemilik label Purana ditawari tampil di Los Angeles Fashion Week (LAFW). Namun, sebelum itu, ia harus melewati proses seleksi, yaitu ia mengirimkan konsep karya busana musim semi/panas.
Setelah koleksi yang menonjolkan potongan shirt dress dan celana sarung itu dinyatakan lolos, ia pun menyiapkan 26 set busana untuk diperagakan di LAFW. "Untuk show semuanya gratis, termasuk modelnya. Saya hanya menyiapkan look book dan presskit. Tapi untuk akomodasi, saya bayar sendiri," tutur Nonita yang tampil di LAFW pada akhir September hingga awal Oktober ini bersama Ivan Gunawan, Rinda Salmun, Oscar Lawalata, dan Aurelia Santoso.
Dalam rangkaian acara itu, Nonita tampil di minitrunk show sehingga bisa menjaring potensi pembeli. Meski begitu, desainer yang mendirikan merek pada 2008 itu tidak menjual karyanya yang akan ditampilkan di Jakarta Fashion Week, bulan ini.
Kalaupun tidak digandeng pemerintah, desainer Indonesia juga dapat mencari sponsor untuk membantu penampilannya di pekan mode internasional. Dukungan itu pula yang didapatkan Barli Asmara, Dian Pelangi, dan Zaskia Sungkar untuk tampil di Couture Fashion Week 2015, New York. Ketiganya disponsori merek kecantikan, Wardah.
Sponsor, baik dari pemerintah maupun swasta, sangat berarti karena besarnya biaya untuk menggelar show. Seperti dilansir Business Insider, seorang desainer sedikitnya menghabiskan US$30 ribu (Rp391 juta). Dana itu digunakan hanya untuk penata busana, tim humas, lampu, dan undangan, tanpa biaya sewa tempat, model, dan tata rias.
Sementara itu, situs berita fesyen internasional, Fashionista, menghitung sedikitnya desainer mengeluarkan US$200 ribu (Rp2,6 miliar) untuk tampil di New York Fashion Week.
Target delapan negara dari Bekraf
Kesadaran pemerintah untuk mendukung ekspansi desainer Indonesia ke luar negeri juga terlihat dari program Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Deputi Pemasaran Bekraf, Joshua Puji Mulia Simanjuntak, menjelaskan anggaran program fesyen masuk ke anggaran untuk 16 subsektor yang didukung Bekraf. "Anggaran sekitar Rp180 miliar yang dibagi menjadi 16 subsektor, seperti musik, fesyen, kuliner, dan lainnya serta dibagi lagi untuk pemasaran dalam dan luar negeri," tutur Joshua.
Lebih lanjut, ia mengatakan ekspansi 16 subsektor itu ditargetkan berjalan di delapan negara. "Salah satunya London untuk fesyen, desain, musik, dan kuliner. London itu pintu masuk ke pasar fesyen dunia, penghubung dengan fesyen Eropa," tambahnya.
Ekspansi ke London telah terlihat pada Februari lalu. Dian Pelangi, Restu Anggraini, Jenahara, Vivi Zubedi, dan Zaskia Sungkar didukung untuk tampil di London Fashion Week.
Selain itu, Bekraf berpartisipasi dalam sejumlah pekan mode internasional lainnya, misalnya, Islamic Society of North America (ISNA) Annual Convention 2016 di Chicago, AS.
Direncanakan juga, Bekraf akan ambil bagian di Fashion Kode 2016 di Seoul, Korea Selatan, dan Arab Fashion Week 2016 di Dubai, Uni Emirate Arab.
Joshua mengungkapkan pihaknya akan berusaha mengirim desainer ke luar negeri setiap tahunnya. Namun, jumlah desainer yang mereka sponsori belum ditentukan karena pertimbangan undangan dari penyelenggara pekan mode. "Banyak faktor yang terlibat, seperti faktor undangan, sehingga tidak mungkin diminta dua orang, lalu kami kirim lima," kata Joshua.
Harus terjual
Jika banyak desainer lain lebih mengutamakan pengenalan merek, Anandia Putri menargetkan penjualan di pekan mode internasional. Pemilik label I Know You Know (IKYK) itu akan tampil di Fashion Kode, Seoul, pada 18-20 Oktober.
Penampilannya di ajang tersebut merupakan bagian program Indonesia Fashion Forward (IFF) yang juga didukung Bekraf. Meski ada sponsor, Anandia tetap mempelajari terlebih dahulu kesesuaian pasar terhadap produknya.
Malah, ia telah berhasil bekerja sama dengan seorang pemasar produk di negara tersebut. Perkenalan mereka terjadi saat Anandia datang ke pekan mode di Korea Selatan, beberapa waktu sebelumnya.
Hingga kini telah cukup banyak produknya terjual. "Banyaknya produk yang terjual, sekitar satu kali produksi," tukasnya. Dengan hasil cukup baik ini, Anandia berencana berkonsentrasi menggarap pasar di Asia ketimbang melebarkan sayap ke Eropa. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved