BAGI penyanyi Cynthia Lamusu, 37, pembajakan tidak hanya membuat rugi secara finansial, tetapi juga menghasilkan dampak psikologis. Itulah sebabnya rencana membuat album bersama grup vokalnya, Be3, dialihkan menjadi pembuatan single saja. "Ada semacam trauma yang saya rasakan bersama anggota Be3 lainnya, kerja keras kami seperti tidak dihargai," ucapnya saat ditemui selepas konferensi pers Anugerah Musik Indonesia (AMI) di Jakarta, kemarin. Padahal, lanjut Cynthia, dalam sebuah album, tidak hanya terdapat lagu yang dapat dinikmati. Nama pencipta lagu, produser, dan ucapan-ucapan terima kasih selalu dituangkan dalam sebuah album.
Baginya, semua itu memiliki makna yang mendalam. "Tidak hanya saya dan Be3, musikus lain juga merasakan hal yang sama. Dapat dilihat, peredaran CD dan kaset mulai sepi di pasaran." Kondisi tersebut, lanjutnya, memicu para pekerja di industri musik untuk mulai bergeser kepada musik digital. Sarana pemasaran melalui Itunes dan nada tunggu mulai disasar. "Kami sejak 2009 sudah mulai menyasar media ini. Format digital bagaikan penyejuk bagi kami para musikus yang takut untuk membuat album fisik," tambah istri Surya Saputra tersebut. Namun, langkah yang dipilihnya sempat membuatnya merasa miris karena produktivitas dirinya dalam dunia musik sempat dipertanyakan.
"Pernah ada yang tanya, emang masih aktif (bernyanyi). Padahal, waktu itu single kami Cinta sampai Mati menjadi nada tunggu nomor dua di salah satu provider," ungkap Cynthia. Kondisi tersebut, menurutnya, juga tidak lepas dari kurangnya program musik di televisi. Televisi dinilainya merupakan media yang paling ampuh untuk mendekatkan musikus kepada masyarakat. "Karena televisi tidak banyak menghadirkan program-program musik, industri musik terlihat seperti lesu dan tidak ada pergerakan. Dukungan media dibutuhkan untuk memperlihatkan produktivitas para pemusik Tanah Air," tambah perempuan yang tengah menekuni usaha kuliner bersama sang suami tersebut.
Lepas dari itu semua, Cynthia berpendapat, para musikus harus dapat lebih menggali lagi kreativitas dalam berkarya. Salah satu cara yang dinilainya efektif ialah menghadirkan album menarik berkemasan menarik. "Kita bisa memasukkan unsur seni dalam SD maupun kaset album agar menjadi berharga untuk dikoleksi," terang Cynthia. Di belakang layar Selain sibuk sebagai penyanyi, Cynthia tengah belajar menjadi produser pelaksana (line producer) sebuah film yang pengambilan gambarnya akan dilakukan di daerah asalnya, Gorontalo, Sulut. Rencananya, film yang masih dirahasiakan Cynthia tersebut akan mulai pengambilan gambar pada November mendatang. "Sangat seru, saya jadi lebih tahu tentang proses pembuatan film karena di sini, saya ikutan di belakang layar," imbuh perempuan yang pernah membintangi empat judul film tersebut.
Menurut Cynthia, masuk dalam dunia perfilman sama halnya dengan bernyanyi. Ada kerepotan baru yang harus dihadapinya, tapi mengasyikkan. Ia mengaku sempat juga menulis skrip film. Hanya, belum ada keberanian untuk membawanya ke proses produksi. "Pas saya tawarkan, saya ditantangin jadi produser. Waduh, nanti dulu deh, belum berani," katanya.