Headline
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
TSUNAMI merupakan fenomena alam yang paling dahsyat dan menghancurkan. Kata "tsunami" berasal dari bahasa Jepang, yang secara harfiah berarti "gelombang pelabuhan" (tsu: pelabuhan, nami: gelombang).
Tsunami terjadi ketika air laut bergerak sangat cepat dan membentuk gelombang raksasa yang dapat menghantam garis pantai dengan kekuatan luar biasa. Dalam sejarah, banyak tsunami besar telah menelan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar, sehingga penting untuk memahami apa itu tsunami dan bagaimana proses terjadinya.
Gelombang laut ini memiliki kecepatan bisa lebih dari 900 km per jam. Apalagi akibat gempa bumi yang terjadi di dasar lau.
Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Laut dengan kedalaman 7000 meter misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun tinggi gelombangnya di tengah laut tidak lebih dari 60 cm, yang tidak terlalu dirasakan kapal-kapal yang tengah berlayar.
Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas. Dengan selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.
Sebagian besar tsunami disebabkan oleh gempa bumi di dasar laut. Ketika lempeng tektonik bergeser dengan kekuatan besar, mereka dapat menyebabkan perpindahan air yang sangat cepat. Gempa bumi megathrust, yang terjadi di zona subduksi tempat satu lempeng tektonik meluncur di bawah lempeng lainnya, adalah penyebab paling umum tsunami. Saat gempa terjadi, dasar laut bisa terangkat atau turun tiba-tiba, mengakibatkan perpindahan besar volume air di atasnya dan memicu gelombang yang menyebar ke segala arah.
Letusan gunung berapi bawah laut yang hebat juga dapat menyebabkan tsunami. Saat gunung berapi meletus dengan kekuatan besar, material yang dikeluarkan bisa mengakibatkan perpindahan air yang signifikan. Contoh yang terkenal adalah letusan Gunung Krakatau tahun 1883, yang menghasilkan tsunami setinggi lebih dari 30 meter dan menewaskan puluhan ribu orang di sekitar Selat Sunda.
Ketika terjadi pergeseran besar sedimen atau tanah di dasar laut, seperti longsor bawah laut, ini dapat menggeser volume air secara tiba-tiba dan memicu tsunami. Tanah longsor ini bisa terjadi akibat aktivitas seismik atau erosi alami.
Meskipun sangat jarang, dampak meteor besar yang jatuh ke lautan dapat memicu tsunami. Dampak semacam ini diperkirakan terjadi saat meteorit menghantam permukaan air dengan kecepatan tinggi, menyebabkan perpindahan besar air yang menghasilkan gelombang tsunami.
Setelah air berpindah, gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan tinggi, sering kali mencapai 500-800 km/jam di laut dalam. Namun, karena panjang gelombangnya yang sangat panjang, gelombang ini biasanya tidak terlihat oleh kapal di laut terbuka.
Saat gelombang mendekati perairan dangkal, kecepatannya menurun, tetapi ketinggiannya meningkat drastis melalui proses yang disebut "shoaling," yang menyebabkan tsunami menjadi sangat besar dan berbahaya ketika menghantam pantai.
Dampak tsunami sangat destruktif, terutama di daerah pantai yang padat penduduk. Ketika gelombang tinggi mencapai pantai, mereka dapat menghancurkan bangunan, menghanyutkan kendaraan, dan menyebabkan kematian serta luka-luka.
Salah satu tsunami paling mematikan dalam sejarah modern adalah tsunami Samudra Hindia tahun 2004, yang dipicu gempa bumi berkekuatan 9,1-9,3 di lepas pantai Sumatra. Tsunami ini menelan lebih dari 230.000 korban jiwa di beberapa negara, termasuk Indonesia, Thailand, Sri Lanka, dan India.
Penting untuk memahami bagaimana proses terjadinya tsunami untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan meminimalkan dampak yang ditimbulkan. Dengan teknologi peringatan dini dan edukasi publik, risiko kehilangan nyawa dan kerusakan akibat tsunami dapat dikurangi secara signifikan. (bpbd/esdm/Z-3)
BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah pesisir untuk tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gempa dan tsunami yang dapat terjadi kapan saja.
KEKHAWATIRAN akan tsunami besar di wilayah Pasifik mulai mereda pada Rabu (30/7), setelah gempa bumi berkekuatan magnitudo 8,8 mengguncang wilayah terpencil di Semenanjung Kamchatka, Rusia.
Pemerintah Jepang hingga saat ini masih belum mengakhiri peringatan tsunami imbas gempa Rusia dengan magnitudo 8,8 yang terjadi pada Rabu, 30 Juli 2025.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada Rabu (30/7) malam, resmi mengakhiri peringatan tsunami yang sebelumnya dikeluarkan pascagempa Kamchatka di Rusia.
GEMPA bumi yang terjadi di Kamchatka, Rusia sebesar Magnitudo 8,7 dapat meminimalisir jumlah korban didukung karena sistem peringatan dini yang sangat baik.
BNPB menyebut propagasi atau perambatan gelombang laut tsunami akibat gempa M 8,7 yang terjadi wilayah pesisir timur Rusia, masih berlangsung di perairan Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved