Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Konservator Lukisan masih Langka

Richaldo Y Hariandja
27/9/2016 09:12
Konservator Lukisan masih Langka
(Antara/Fanny Oktavianus)

INDONESIA kekurangan konservator lukisan. Hal itu diperparah dengan belum adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan kader konservator.

“Kalau seni rupa ada, tapi konservator seni lukis itu yang tidak ada,” ucap Kepala Museum Basoeki Abdullah Joko Madsono dalam konferensi pers seminar lukisan bertajuk Bagaimana Mengetahui Lukisan Palsu atau Asli di Jakarta, kemarin.

Konservator lukisan, lanjut Joko, memiliki tingkat kesulitan tinggi. Pasalnya, tidak hanya dituntut piawai dalam merawat lukisan, konservator diminta memahami gaya pelukis yang dikonservasinya. Belum lagi, harus mengerti juga tentang pencampuran bahan kimia yang menjadi paduan warna dalam lukisan. “Jika tidak, bisa gawat untuk perawatan lukisan tersebut,” tambah Joko.

Indonesia memiliki 428 museum yang koleksi lukisan mereka dipamerkan. Akan tetapi, jumlah konservator hanya berkisar puluhan. Oleh karena itu, ia meminta secara khusus agar ada penambahan dan kaderisasi konservator di setiap museum, terutama museum yang memiliki banyak lukisan. “Istana negara saja punya sekitar 300 lukisan, seharusnya ada lebih dari 10 konservator di sana,” imbuh Joko.

Sementara itu, Kepala Prog­ram Studi Magister dan Doktor Hukum Universitas Pelita Harapan Henry Sulistiyo Budi dalam kesempatan yang sama menyatakan perlindungan dan pemeiliharaan terhadap karya seni harus ditingkatkan. Hal tersebut salah satu manfaatnya ialah menghindari pemalsuan dan mutilasi dari karya seni tersebut. Pasalnya, permintaan terkait dengan hasil karya reproduksi ilegal masih tinggi di Indonesia.

Untuk itu, salah satu upaya pemerintah melalui Kemendikbud ialah mengadakan seminar tentang cara membedakan lukisan palsu dengan yang asli. Diharapkan, seminar itu bisa menambah pemahaman para pemilik karya seni rupa tentang pentingnya konservasi lukisan. Seminar akan diadakan selama dua hari pada Rabu dan Kamis (28-29/9) di Museum Basoeki Abdullah, Jakarta.

Pelukis bagong
Realitas dunia seni lukis di Indonesia saat ini dinilai memprihatinkan. Menurut Henry Sulistyobudi yang juga dikenal sebagai pemerhati karya lukis, banyak lukisan yang beredar di masyarakat ternyata palsu.

“Lukisan itu dilukis para pelukis hebat, tapi gagal secara ekonomi atau yang dikenal dengan istilah pelukis ‘bagong’,” ujar Henry.

Ia menyontohkan karya lukis I Nyoman Gunarsa. Sang pelukis terkena stroke begitu mengetahui karyanya banyak dipalsukan. Para pemalsu ialah pelukis yang punya keahlian melukis, tapi tidak memiliki karakter dalam berkarya.

Adapun lukisan yang dipalsukan merupakan karya pelukis yang nilai ekono­minya tinggi. “Seperti karya Pak Gunarsa yang dipalsukan itu, harganya ratusan juta rupiah. Bulan ini, saya ketemu kolektor dan melihat lukisan yang dipalsukan itu seharga Rp3 miliar,” ujarnya.

Karya lainnya yang banyak dipalsukan ialah karya pelukis Affandi maupun Basoeki Abdullah. (Ant/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya