Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
PENYAKIT jantung kini menjadi satu dari tiga besar penyakit mematikan. Jantung pun menjadi penyakit dengan biaya kesehatan tertinggi di Indonesia. Demikian dikatakan Direktur Pencegahan dan Penyakit tidak Menular Kemenkes, Lily S Sulistyowati, dalam diskusi jelang peringatan Hari Jantung Nasional, di Balitbangkes, Jakarta, kemarin.
Lily mengatakan, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan prevalensi penyakit jantung di Indonesia ialah 7,2%, atau 7 dari 100 orang menderita penyakit itu. Sementara itu, data Riskesdas 2013 menunjukkan 1,5% dari seluruh jenis penyakit kardiovaskular yang diderita masyarakat ialah penyakit jantung.
“Kita melihat bagaimana selama sekitar 25 tahun terakhir peringkat penyakit jantung terus meningkat sebagai penyakit yang banyak dialami. Kalau pada 1990 penyakit jantung berada peringkat 13 se-Indonesia, pada 2015 sudah di peringkat ke-3,” ungkap Lily.
Lily menjelaskan penyakit jantung juga telah menjadi penyakit dengan beban biaya kesehatan tertinggi di Indonesia. Sebanyak 1,3 juta orang atau 0,8% peserta JKN mendapat pelayanan untuk penyakit katastropik dan menghabiskan biaya sebesar Rp13,6 triliun atau 23,9% biaya pelayanan kesehatan pada 2015.
Dari delapan jenis penyakit katastropik itu, jantung menjadi penyerap biaya terbesar hingga mencapai 11,59%. “Kita lihat dampaknya yang menyentuh banyak lini. Karena itu, sosialisasi terus kita gencarkan, terutama melalui pendekatan langsung di kegiatan masyarakat,” ujar Lily.
Kenali gejalanya
Sebanyak 50% serangan jantung akibat penyakit jantung koroner menyebabkan kematian di tempat dalam waktu singkat. Pengetahuan yang minim tentang gejala serangan menjadi penyebab utama terlambatnya penanganan.
Padahal, pada serangan jantung yang tidak hebat, seseorang dapat melakukan penanganan atau reaksi mandiri agar kondisi tidak semakin parah.
“Pada dasarnya mudah untuk mendeteksi tubuh yang mengalami serangan jantung karena sakit akibat serangan jantung itu tidak biasa dan akan terasa aneh ketika dialami,” ungkap dokter spesialis jantung, Ismoyo Sunu, dalam diskusi itu, kemarin.
Pada serangan jantung, jelas Ismoyo, umumnya seseorang akan merasa bingung karena belum pernah merasakan sakit yang terjadi. Rasa cemas, keringat dingin, serta sesak napas akan dirasakan secara bersamaan.
“Semua gejala itu bisa muncul kapan saja dan mendadak. Baik ketika tengah beraktivitas maupun tidak,” tambah Ismoyo.
Ismoyo menjelaskan penyakit jantung koroner dapat dialami seseorang dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu nyeri dada stabil yang dapat mereda dengan sendirinya ketika beristirahat serta serangan jantung atau sindroma koroner akut yang diderita lebih dari 20 menit dan menimbulkan gejala lain seperti muntah dan mual.
“Sebenarnya, pada intinya, ketika kedua hal itu terjadi, tubuh harus dibuat setenang mungkin dan hentikan aktivi-tas secara total karena aktivitas atau kepanikan akan membuat oksigen yang mengalir ke jantung menjadi semakin sedikit,” ungkap Ismoyo. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved