Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
FESTIVAL Film Indonesia (FFI) 2016 mengangkat restorasi dan sensor sebagai tema besar. Pasalnya, sistem pengarsip-an film di Tanah Air masih jauh dari layak. Banyak film klasik Indonesia yang rusak.
Padahal, mutu film klasik Indonesia tidak kalah dari luar negeri. Lebih dari itu, film klasik merupakan bagian dari sejarah perfilman yang penting dipelajari generasi penerus.
“Selama ini film klasik yang bisa ditonton itu film Hollywood dan Jepang, kita cuma bisa melihat sejarah film negara lain, tetapi negara sendiri enggak bisa,” ungkap pelaku preservasi dan restorasi film Lisabona Rahman dalam diskusi rangkaian FFI 2016 di Jakarta, kemarin.
Jika dibandingkan dengan Singapura, lanjutnya, mutu perawatan film di Indonesia masih rendah. Film-film lama tersimpan dalam format seluloid yang mudah rusak. Pada kelembapan di Jakarta yang mencapai 75%-80% dengan suhu 16 derajat misalnya, usia dari film tersebut hanya bertahan hingga lima tahun.
“Preservasi harus dilakukan secara bahu-membahu melibatkan pemerintah dan berbagai pihak lain. Mengingat, prosesnya sulit dan mahal,” ujar Lisabona. (Mlt/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved