Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Sertifikasi Wisata Halal Minim

Putri Rosmalia Octaviyani
22/9/2016 08:19
Sertifikasi Wisata Halal Minim
()

RENCANA pemerintah untuk mengembangkan pariwisata halal masih terhambat oleh rendahnya kesadaran akan sertifikasi halal.

Status Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia kerap membuat pemilik usaha merasa sudah cukup dengan tidak menjual produk nonhalal tanpa sertifikasi resmi. Padahal, sertifikasi halal menjadi salah satu unsur utama untuk mengembangkan promosi wisata halal.

“Masyarakat Indonesia kadang merasa sudah cukup dengan tidak menyajikan barang atau jasa nonhalal. Lingku­ngan yang mayoritas muslim juga membuat mereka merasa tidak perlu mengurus sertifikasi,” ungkap Kepala Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata Riyanto Sofyan dalam konferensi pers pengumum­an peraih anugerah wisata halal nasional, di Jakarta, kemarin.

Dijelaskan Riyanto, sertifikasi halal yang dikeluarkan lembaga resmi setiap negara merupakan syarat yang selalu harus dicantumkan bila ingin menawarkan paket wisata halal. Hal tersebut juga menjadi pertimbangan utama dalam izin keikutsertaan kompetisi wisata halal tingkat dunia.

“Saat ini kami terus gencarkan sosialisasi sertifikasi ini kepada pemilik usaha, terutama hotel dan restoran,” ungkap Riyanto.

Sosialisasi sertifikasi halal dilakukan guna mendongkrak kunjungan wisatawan dari segmen wisata halal. Tahun ini ditargetkan, akan tercapai angka 5 juta wisatawan mancanegara muslim serta 242 juta pergerakan wisatawan muslim yang mengunjungi berbagai fasilitas dan destinasi pariwisata halal.

“Negara-negara Timur Tengah menjadi target pemasar­an. Selama ini masih Malaysia yang paling banyak wisatawan muslimnya berkunjung ke sini,” tutur Riyanto.
Kompetisi

Untuk meningkatkan animo masyarakat, pemda, serta pelaku usaha dalam mengembangkan wisata halal, Kemenpar menggelar kompetisi pariwisata halal nasional. Kompetisi yang baru pertama kali dilaksanakan itu menggunakan sistem voting dan menghasilkan pemenang dari 15 kategori.

Tiga provinsi mendominasi penghargaan tersebut, yakni Aceh, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatra Barat. “Para pemenang akan kami dampingi untuk memperkuat persiapan mewakili Indonesia menuju World Halal Tourism Award 2016 di Abu Dhabi. Ditargetkan, lima kategori dapat dimenangi nantinya.”

Sementara itu, Deputi Menteri Bidang Pemasaran Mancanegara Kemenpar I Gde Pitana mengatakan wisata halal tidak hanya dilirik sebagai peluang bisnis oleh negara berpenduduk mayoritas muslim, tetapi juga negara lain seperti Australia, Tiongkok, dan Jepang.

Secara terpisah, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, Agustina Zubair, menekankan pentingnya komunikasi dalam pengembangan pariwisata. “Dari mana turis bisa tahu ada kawasan yang bagus kalau tidak ada komunikasi,” kata Agustina pada Konferensi Nasional Komunikasi 2016 di Bangka Belitung, kemarin.

Karena itu, sebuah daerah yang punya potensi wisata bagus perlu ditunjang dengan sistem komunikasi yang baik. (RF/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik