Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
KAMI tetap manusia biasa. Itulah inti tergambar dari buku Berlayar Perjalanan Mahasiswa Indonesia Meraih PhD. Buku ini berisi tulisan-tulisan dari 20 mahasiswa Indonesia program doktoral yang belajar di Monash University, Australia. Jangan harap buku ini sebuah novel, lo. Isi tulisannya campur aduk. Ada yang menulis pengalaman pribadi. Ada pula yang menulis opini, hingga pengantar tulisan ilmiah.
Selama ini mereka adalah para dosen atau peneliti yang fokus pada bidang tertentu. Itulah dunia mereka yang ingin Buku setebal 249 halaman ini membawa pembaca untuk memahami segala aspek bagaimana studi S-3 sesungguhnya. Dalam pengantarnya yang ditulis Dr Julian Millie, dosen senior dari Jurusan Ilmu Sosial Fakultas Seni Monash University, dijelaskan, kumpulan tulisan yang tertuang dalam buku tersebut merupakan kristalisasi dari diskusi dua mingguan di Social Researchers Forum (SRF) yang bermarkas di Monash University kampus Clayton, Melbourne, Australia.
SRF ialah sebuah forum dari kita untuk kita mahasiswa PhD dari Indonesia yang tinggal di Clayton dan sekitarnya. Dalam buku Berlayar ini, 20 mahasiswa S-3 itu ingin menyampaikan bahwa mereka adalah manusia biasa dalam kehidupan sosial di masyarakat. Kalau sudah meraih gelar PhD seakan-akan sudah tahu segalanya. Dalam proses meraih gelar tersebut, mahasiswa-mahasiswa itu mengalami tekanan, ragu, takut, tertekan, bodoh, marah, dan terkadang minder.
Ada empat bab dalam buku ini yang menggambarkan perjalanan para mahasiswa doktoral dalam mencapai gelar tertinggi akademik. Bab I berjudul Sebelum Berlayar: Mempersiapkan Pendidikan Doktoral yang berisi enam tulisan yang ditulis enam mahasiswa. Isinya tentang pengalaman mereka dalam mencari tahu ilmu pengetahuan di tempat baru, mengawali masa-masa kuliah di negeri asing dan jauh dari keluarga. Beragam jurusan tidak menjadi pembeda dalam pencapaian gelar doktor.
Kemudian bab II berjudul Melepas Jangkar: Memulai Perjalanan merupakan masa-masa awal menjadi kandidat doktor dan menunjukkan betapa ringkihnya menjadi kandidat doktor. Dalam bab itu, sejumlah tulisan berisi tentang kejutan demi kejutan karena banyaknya tantangan dan permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan disertasinya.
Menjaga keseimbangan
Lima tulisan yang disajikan memunculkan gambaran bahwa pada tahap menjadi kandidat doktor dilatih untuk menjaga keseimbangan, antara kemandirian dan keberterimaan dengan lingkungan, teman, maupun pembimbingnya. Bisa disebut bab II ini merupakan masa-masa percobaan. Berlanjut bab III berjudul Di Laut Lepas: Pengalaman Lapangan masih bertema keberlanjutan perjuangan yang harus dilakukan. Mulai pemilihan cara berpikir, melaksanakannya, sampai menghadapi kenyataan-kenyataan plus campur tangan Tuhan Yang Maha Esa dalam menentukan pencapaian gelar doktor tersebut.
Buku yang penuh aneka warna pemikiran para mahasiswa program doktoral ini memiliki gaya bahasa yang sederhana. Pesan kuat yang ingin disampaikan ialah sebetulnya manusia dengan gelar doktor pada dasarnya adalah manusia biasa. Manusia yang 'sempurna' karena memiliki kelebihan dan kekurangan dan tidak pernah menyerah untuk meraih cita-cita.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved