Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Hadapi MEA, Indonesia masih Krisis Insinyur

MI
15/9/2016 09:50
Hadapi MEA, Indonesia masih Krisis Insinyur
(Ilustrasi)

DIMULAINYA kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menuntut peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, terutama di bidang teknologi dan industri. Untuk dapat mengimbangi perkembangan dan persaingan global, Indonesia setidaknya membutuhkan 175 ribu insinyur baru setiap tahun. Namun, sampai saat ini jumlah insinyur baru per tahun hanya sekitar 45 ribu orang.

“Berdasarkan data Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi setiap tahun Indonesia rata-rata baru menghasilkan segitu (45 ribu), jadi setidaknya masih kurang sekitar 130 ribu setiap tahunnya,” ungkap Wahdi Yudhi, Rektor Sampoerna University, di Jakarta, kemarin.

Wahdi mengatakan, kekurangan tersebut menjadi kendala besar yang harus segera dibenahi. Kurangnya tenaga ahli di bidang teknologi tersebut berisiko membuat industri di Indonesia makin tertinggal atau dikuasainya lapangan kerja tenaga ahli asing.

“Ketidaksiapan SDM Indonesia dalam memasuki dunia industri juga menjadi hal yang membuat banyaknya lulusan perguruan tinggi terpaksa menjadi penganggur-an. Untuk itu, pengenalan unsur teknologi dan industri juga harus disisipkan dalam setiap bidang perkuliahan,” ungkap Wahdi.

Pada kesempatan sama, Head of Mechanical and Industrial Engineering Department, Lousiana State University, Dimitris E Nikitopoulos mengatakan, kebutuhan akan insunyur merupakan hal yang tidak bisa dihindari seiring perkembangan dunia global. Kemajuan teknologi yang pesat menuntut setiap negara, termasuk Indonesia, untuk serius meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM di bidang teknik.

Ia mengatakan, untuk dapat menciptakan insinyur yang dapat bersaing secara global, pemerintah harus mengubah program pembelajaran. Insinyur menurutnya harus dibekali dengan kemampuan terjun di dunia sosial dan memiliki sensitivitas yang tinggi akan kondisi aktual masyarakat sekitar dan dunia global.

“Indonesia harus fokus dalam menghasilkan tenaga yang mampu bekerja secara tim, karena selama ini salah satu masalah besar di bidang teknik ialah kerap hanya bisa bekerja secara individual, ini yang harus diubah,” ujarnya.

Asosiasi Profesi Tenaga Terampil dan Ahli Indonesia mencatat saat ini terdapat sekitar 750 ribu insinyur di Indonesia. Terkait MEA, hingga 2019 dibutuhkan 120-an ribu insinyur tambahan. (Pro/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik