Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
LELUCON ibarat asap dan realitas ibarat api. Jika kita berhadapan dengan asap dan api, pasti ada yang tidak beres. Ketidakberesan yang berlarut-larut akan menimbulkan kritik. Manakala kritik tidak mempan, muncul kritik berupa lelucon. Begitu yang ditulis Sunardian Wirodono dalam pengantar Sentilan Bung Sentil.
Sembilan tahun, begitu usia kartun editorial itu hadir menyapa pembaca Media Indonesia. Sejak Oktober 2009, guyonan satire itu muncul tiap minggu. Saat ini 312 komik kartun 'Bung Sentil' hadir dalam wujud berjilid hasil terbitan Media Indonesia Publishing. Sebanyak 194 halaman, sebanyak itu pula guyonan yang bisa membuat terpingkal, miris, emosi, ataupun sinis.
Sentilan Bung Sentil merupakan hasil kolaborasi apik antara Butet Kartaredjasa dan Widiyatno. Keduanya punya tugas masing-masing. Butet berperan sebagai penulis teks, sedangkan Widiyatno sebagai penggambar. Teks menjadi pokok gagasan dan gambar mengikutinya. Pembagian peran inilah yang membuat pasangan itu bertahan sampai usia yang tidak sebentar, sembilan tahun. Tidak banyak kartun karikatur hasil karya dua orang yang mampu bertahan selama itu.
Tulisan Sunardian Wirodono sebenarnya bukan hanya kata pembuka dalam buku kartun ini, melainkan juga semacam editorial yang memperjelas latar sebuah kartun dibuat. Pada bagian kedua buku (hal 8-43), Sunardian bakal membahas satu per satu konteks kartun karikatur itu muncul. Ia muncul untuk merespons peristiwa aktual yang sedang menjadi pokok bahasan ketika itu.
Sebagai kartun karikatur, sebagian besar tema Bung Sentil bersinggungan dengan masalah politik, demokrasi, kekuasaan (kepemimpinan), dan dengan sendirinya bagaimana semua itu dijalankan. Berkaitan dengan gaya, perilaku, sikap, watak, yang penuh dengan tipuan, keculasan, dan penyalahgunaan serta kesewenang-wenangan.
Wacana visual
Komik kartun merupakan wacana visual yang sarat dengan tanda-tanda pictorial. Komik terdiri atas beberapa sekuel adegan. Ia terdiri atas beberapa panel yang saling berhubungan. Hubungan-hubungan tersebut berupa alur cerita yang secara asosiatif diteruskan sendiri oleh pembacanya.
Selain berupa gambar, tanda-tanda dalam bentuk teks juga berperan dalam menentukan arah permasalahan. Apalagi, ditambah dengan teks lugas. Tentu tidak sulit untuk mencerna makna metafora dalam komik kartun Bung Sentil.
Buku ini terdiri atas enam bagian yang dapat dibaca secara berurutan dari depan. Bagian awal merupakan pengantar dari Saur Hutabarat (6-7). Kedua, pengantar yang bernada kuratorial dan editorial dari Sunardian Wirodono dengan judul Sentilan Bung Sentil yang Sentilun (hal 8-43). Ketiga, kartun karikatur dalam tema demo & politik (hal 45-95). Keempat, kartun karikatur bertema kepemimpinan & kekuasaan (hal 96-139). Kelima, kartun karikatur tentang isu domestik (hal 140-159).
Terakhir, keenam, kartun karikatur bertema hukum & korupsi (hal 160-194). 'Sebagai ekspresi editorial, sikap yang disampaikan dalam tiap kartun, tentu terus dimaknai dalam konteks masing-masing. Konteks itu dapat dibaca dalam naskah Sentilan Bung Sentil yang Sentilun yang menyertai tepatnya membingkai dan menarasikan sang kartun', tulis Saur Hutabarat dalam pengantarnya.
Meski demikian, kartun karikatur juga dapat dinikmati penggambar tanpa perlu memahami konteks latar peristiwa ketika kartun dibuat. Sebab kekuatan teks guyonan ala Butet sudah cukup untuk membuat lelucon yang mengundang ekspresi, entah itu tawa sinis ataupun miris.
Seperti gambar kecil di sudut bawah lembar daftar isi, "kami tidak berbohong, cuma dalam tidak menepati janji," ujar suara dalam televisi. "ngeles lagi," timpal Bung Sentil. "as prek!"
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved