DALAM suasana gerimis setelah hujan yang mengguyur sejak malam. Pada Kamis (2/3), sejak pagi hari puluhan orang memadati pinggir sungai Ciliwung memperingati sebagai Hari Lahan Basah Sedunia.
Kegiatan ini bermula sejak ditandatanganinya Konvensi Lahan Basah di kota Ramsar, tepi Laut Kaspia, Iran pada 2 Februari 1971. "Sebagai negara yang memiliki dua musim, Indonesia tentu harus berperan aktif menyelamatkan kehancuran alam semesta," ujar Lantur Kodrat Maulana, Ketua Padepokan Ciliwung Condet.
"Lantas sejak 1997, setiap tahunnya lembaga pemerintah, LSM, dan seluruh lapisan masyarakat dan komunitas, mengambil peran dalam aksi meningkatkan kesadaran terhadap nilai dan manfaat lahan basah secara umum. Karena cuaca hujan terus, kami memperingatinya sebulan kemudian," tambah pria berkacamata itu.
Menurut literasi, sejak Konvensi Ramsar itulah, dilaporkan telah 95 negara tiap tahunnya melakukan aktivitas dalam berbagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan hidup dan alam.
"Secara simbolis diserahkan bantuan perahu karet, bibit pohon loa dan melinjo masing-masing 50 pohon, pembuatan kolam limbah dan pewarnaan batik lokal. Selain itu juga ada demo pembuatan emping Betawi, serta pemetaan jalur wisata arung sungai," tambah Abi Niagara, aktivis penggiat lingkungan di wilayah Condet, Jakarta Timur.
Hadir dalam acara ini, Direksi BRI Insurance Ade Zulfikar, Kasudin Kebudayaan Jaktim, Berkah Shadaya, beberapa perwakilan organisasi lingkungan hidup, serta para tokoh masyarakat Betawi Condet.
"Diharapkan kepedulian ini dapat bermanfaat banyak dan akan terus berkesinambungan," tandas Ammar Kanz, perwakilan BRINS saat berteduh dalam saung bambu. (RO/O-2)
