Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Panitia SNMPTN Akan Negosiasi Ulang UN dengan Kemendikbud

MI/Bay
15/2/2015 00:00
Panitia SNMPTN Akan Negosiasi Ulang UN dengan Kemendikbud
(ANTARA/Jessica Helena Wuysang)
Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) menjadwalkan  negosiasi ulang tentang  Ujian Nasional (UN) untuk  menentuan apakah UN dapat diintegrasikan ke SNMPTN. Hal tersebut dikemukakan Koordinator Pokja Panitia SNMPTN 2015 Bambang Hermanto pada seminar PTN dan Pertemuan Orang  Tua Siswa dengan Bimbingan Tes Alumni (BTA) Group di Jakarta,kemarin. Menurut Bambang, rencana pertemuan itu akan berlangsung  Rabu (18/2). Dia menjelaskan, negosiasi ulang membahas mengenai percepatan proses pemindaian lembar jawaban komputer (LJK) UN. Hemat dia, jika pihak  Kemendikbud dapat memperbanyak jumlah PTN yang bertugas memindai maka hasil UN bisa dikirim sebelum tenggat pengolahan data SNMPTN.  "Jadi  kami akan melakukan negosiasi ulang dengan Puspendik Kemendikbud  mengenai jadi tidaknya integrasi UN ke SNMPTN,"ungkap Bambang.

Ia mengemukakan Kepala Pusat Penilaian Pendidikann (Kapuspendik) Kemendikbud Nizam  telah  mengemukakan  pemindaian hasil UN dilakukan oleh PTN. Namun masalahnya jumlah PTN yang memindai sedikit sekali bahkan untuk satu provinsi hanya satu PTN. Ia mencontohkan di  DKI Jakarta pemindaian oleh  Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan di Jawa Barat  oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).  Ia mengingatkan  permasalahan integrasi nilai UN ke SNMPTN merupakan  problem waktu.Pasalnya, Panitia SNMPTN  sudah memutuskan pengumuman SNMPTN pada 9 Mei sementara UN diumumkan Kemendikbud pada 18 Mei. "Nah,jika pemindaian bisa dipercepat  jumlah PTN yang diperbanyak maka datanya bisa segera diinformasikan ke pimpinan PTN sebagai syarat seleksi masuk,"cetusnya. Lebih lanjut ia beralasan, merujuk Permenristekdikti No 2/2015  tentang Penerimaan Mahasiswa Baru  tidak ada satu ayat pun yang menyebutkan pimpinan PTN mempertimbangkan hasil UN. Di peraturan  itu  menyebutkan  SNMPTN hanya menjaring siswa siswi dari hasil prestasi akademik yang didapat dari semester 1-5. Sementara pimpinan PTN bisa memakai hasil UN dengan melihat dua aspek yakni aspek penyelenggaran dan waktu. Dari aspek penyelenggaraan, Bambang memandang, jika penyelenggaraan UN bisa kredibel maka akan memacu PTN untuk mengintegrasikan UN dalam seleksi masuk.

Dengan dasar  kredibilitas itu, lanjut dia,  pada negosiasi  akan meminta Kemendikbud  memakai lagi jasa PTN sebagai pengawas UN. Panitia pun meminta Kemendikbud untuk segera menerbitkan standar operasional prosedure (SOP) UN yang juga sudah ditunggu sekolah sebagai legalitas PTN sebagai pengawas. Aspek kredibilitas UN, ujarnya, memang menjadi poin penting karena UN sudah menjadi komoditi politik di semua daerah.  "UN itu harus kredibel. Kami  mengakui di beberapa tempat UN jadi wilayah pertarungan politik kepala daerah sebagai pencitraan. Bahwa mereka menekan kepala dinas, guru hingga tim sukses agar hasil UN bagus bagaimanapun caranya," ungkapnya. Sementara itu, Dirut Utama BTA Group Hasahatan Manullang mengemukakan  memasuki proses seleksi SNMPTN para siswa dan orangtua mengalami kegamangan. Keduanya membutuhkan informasi mengenai berita terbaru dan strategi masuk PTN favorit. Hasahatan menjelaskan,  proses pendidikan yang berjalan di Indonesia sangatlah dinamis. Termasuk dalam proses SNMPTN. Kebutuhan akan informasi sangatlah tinggi karena proses yang terjadi pada tahun sebelumnya akan berbeda di tahun ini. Misalnya saja banyak masyarakat yang belum tahu bahwa pendidikan tinggi sekarang sudah bergabung dengan Kemenristekdikti dan juga informasi mengenai program studi baru di PTN akan disebarluaskan pihaknya agar penyebaran mahasiswa merata.Menurut dia,  pihaknya aktif membekali siswa dengan strategi-strategi mendaftar yang sesuai dengan keinginan, potensi dan keahlian. Namun banyak juga siswa yang bingung untuk memilih karena orangtua memaksakan untuk masuk di PTN atau program studi pilihan orangtua. Padahal orangtua seharusnya  mengerti jika anak dipaksa belajar  tanpa hasrat yang sesuai  akan mempersulit belajar di kampus. Namun begitu,, ia menghimbau  orangtua melalui seminar ini juga  bisa memberikan masukan kepada anaknya  agar tidak memilih PTN atau program  studi hanya karena ikut-ikutan teman. "Ada jutaan siswa yang berlomba masuk SNMPTN tentu anak anak akan mengalami tekanan  tinggi. Sebab itu mereka perlu dibekali,"pungkasnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya