Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
KALI ini kita akan membahas tokoh ulama mutakallimin atau pakar teologi yang kedua dalam mazhab ahlussunnah wal jamaah yaitu Abu Mansur al-Maturidi. Pada tulisan sebelumnya kita sudah menyampaikan secara singkat tentang Abu Hasan Al-Asy'ari.
Beliau ialah pendiri mazhab Maturidiyyah, salah satu dari dua mazhab ahlussunnah wal jama'ah. Berikut pemaparannya dilansir dari @limofficial_lirboyo di Instagram.
Al-Maturidi atau Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi As-Samarqandi Al-Hanafi lahir pada 283 H di sebuah desa kecil yang bernama Matrid, Samarkand. Nasab beliau amatlah mulia, yakni bersambung sampai kepada sahabat Nabi SAW yakni Abu Ayyub al-Anshari.
Sama seperti al-Asy'ari, ia hidup penuh dengan perjuangan melawan pemikiran-pemikiran bid'ah seperti Muktazilah dan tidak membuat-buat paham baru. Hal ini karena al-Maturidi tampaknya hidup di era sedang menyingkirnya paham Muktazilah dari Baghdad ke kawasan Asia Tengah.
Corak pemikiran Abu Mansur al-Maturidi sangat kental dengan pemikiran Abu Hanifah. Karenanya, sangat kuat karakter argumentasi penalaran tanpa melampaui batas.
Berbeda dengan al-Asy'ari yang berpegang teguh dengan dalil naql serta mengukuhkannya dengan argumentasi nalar akal. "Sebagian pengkaji ilmu akidah meneguhkan bahwa manhaj al-Asy'ari berada di antara pemikiran sekte muktazilah dan ulama ahli fikih dan ahli hadis sedangkan manhaj al-Maturidi berada di antara pemikiran sekte muktazilah dan manhaj al-Asy'ari," tegas Dr. Abu Zahrah dalam bukunya, Tarikh al-Madzahib al-islamiyah.
Hampir semua persoalan akidah tidak ada beda antara Asy'ariyyah dengan Maturidiyyah. Bahkan sederhananya Asy'ariyyah ialah Maturidiyyah dan Maturidiyyah ialah Asy'ariyyah. Hanya, ada beberapa persoalan furi'iyyah yang amat sedikit.
Salah satunya ialah persoalan al-Amnu wa al-Iyas (aman dari siksa dan putus asa dari rahmat Allah). Maksudnya?
Menurut Asyariyyah, al-amnu min makarillah yaitu seseorang meyakini dan mengikat di dalam hatinya bahwa ia akan aman dari siksa Allah (dari neraka) padahal ia senantiasa melakukan dosa. Al-iyas min rahmatillah ialah seseorang meyakini dan mengikat di dalam hatinya bahwa Allah tidak mengampuni dan tidak merahmatinya. Konsekuensi bagi orang itu yakni mendapat dosa besar.
Baca juga: Mengenal Imam Al-Asyari Pejuang Mazhab Ahlussunnah wal Jamaah
Menutut maturidiyyah, al-amnu min makarillah ialah seseorang merasa aman dari azab Allah karena prasangkanya bahwa Allah tidak mampu untuk menyiksanya dan tidak mampu melaksanakan ancamannya. Sedangkan al-iyas min rahmatillah ialah seseorang berputus asa terhadap rahmat Allah karena prasangkanya bahwa Allah tidak mampu untuk merahmatinya.
Konsekuensi bagi orang itu ialah kufur.
Bila ditinjau lebih lanjut, perbedaan dari dua mazhab ini hanya sebatas ta'rif atau pengertian. Andai Asy'ariyah memaknai keduanya seperti pemaknaan dari Maturidiyah, konsekuensinya pun sama dengan pendapat Maturidiyah. Begitu pula sebaliknya. (OL-14)
USTAZ Muhammad Nuruddin berkunjung menemui UAS di kediamannya, Pekanbaru, Riau, pekan lalu. Ini merupakan pertemuan perdana dua ulama muda ahlussunnah waljamaah.
Berikut kumpulan dalil Allah ada tanpa tempat dari Al-Qur'an, hadis Nabi Muhammad shallalaahu alaihi wasallam, dan ijmak (ketetapan) ulama mulai dari abad pertama.
Dengan menyebutkan asmaul husna, Allah berjanji bagi siapapun umatnya yang mengamalkannya akan mendapatkan surga. Berikut 99 asmaul husna dan artinya.
Ada 20 sifat mustahil bagi Allah merupakan kebalikan dari sifat-sifat wajib Allah. Sifat mustahil bagi Allah ialah sifat-sifat yang secara akal tidak mungkin dimiliki oleh-Nya.
Bagaimana penjelasan lebih rinci atau tafsir Surat Ar-Ra'd ayat 11 tentang hubungan kenikmatan dari Allah dan kemaksiatan manusia? Berikut pemaparannya.
Apakah kita sudah tahu tentang paham akidah ahlussunnah wal jamaah atau biasa disingkat aswaja? Kalau sudah paham tentu kita harus kenal dengan tokoh pejuangnya ya?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved