MAHASIWA yang lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) minimal 3,25 ke atas cenderung diminati perusahaan besar di Indonesia. Untuk itu, dalam menjalankan proses studinya, para mahasiswa disarankan serius belajar agar meraih IPK tinggi pada saat tamat nanti.
IPK tinggi memang bukan segalanya. Namun, banyak perusahaan berasumsi lulusan dengan IPK tinggi, setidaknya orang-orang yang serius dalam belajar, ujar CEO of Karir.com Dino Martin di Jakarta, Jumat (3/7).
Alasan perusahaan besar mematok syarat melamar kerja IPK 3,25 ialah untuk mencari 'bibit terbaik' dan efisiensi administrasi. Kalau dipatok minimal IPK 3,25, yang 3,00 pasti ikut-ikutan melamar. Kalau dipatok 3,00, yang IPK 2,75 pasti juga tergiur ikut melamar. Bagi perusahan itu 'ngreget-ngregeti' (mengotori) saja.
Kesimpulan sejumlah perusahaan besar di dalam negeri cenderung meminati lulusan ber-IPK tinggi dijadikan pegawai berdasarkan Program MT Academy yang dijalankan Karir.com, setahun belakangan ini.
MT Academy ialah program pencarian bibit unggul di universitas terkemuka di Indonesia yang dimiliki Karir.com. Dari sejumlah perusahaan besar di bidang perbankan, consumer good, marketing, dan pertambangan, yang menjalin kerja sama dengan Karir.com, dapat diketahui bahwa perusahaan mencari lulusan dengan IPK tinggi menjadi tren belakangan ini.
Menurut dia, perusahaan di Indonesia telah meninggalkan beberapa pola lama dalam merekrut pegawai, seperti berdasarkan ras dan agama.
Saat ini perusahaan lebih mengutamakan keahlian, ujar dia.
Namun, ada sejumlah pola perekrutan lama, seperti lebih mengutamakan calon pegawai dari universitas negeri terkemuka. Empat universitas, yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Institut Pertanian Bogor (IPB), menjadi favorit perusahaan besar. Beberapa klien bank terkemuka memprioritaskan kuota rekrutan dari IPB. Padahal, IPB ilmunya lebih ke arah pertanian.
Cenderung kritis Pada kesempatan itu, dia menambahkan IPK tinggi bukan berati jaminan diterima perusahaan besar. Pasalnya, banyak perusahaan mengeluh pegawai ber-IPK tinggi cenderung susah diatur karena terlalu kritis dan kerap keluar dari perusahaan karena pindah ke tempat lain.
Oleh karena itu, saat ini banyak perusahaan konsultan pencari kerja membuat program serupa MT Academy, yaitu dengan menyertakan tes perilaku dan mencari kemampuan soft skill calon pekerja, seperti kemampuan kepemimpinan, kejujuran, bahasa asing, dan kerja tim.
Pada kesempatan terpisah, Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin menyatakan, akibat perlambatan ekonomi, jumlah tingkat pengangguran terbuka pada lulusan universitas hingga Februari 2015 ini mencapai 5,34% atau lebih tinggi dari periode yang sama di 2014 mencapai 4,31%. Suryamin mengatakan jumlah pengangguran 7,45 juta orang itu meningkat sekitar 300 ribu orang jika dibandingkan dengan Februari 2014 sebanyak 7,15 juta orang. (H-1)