Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
SEGENAP bangsa Indonesia harus menjadikan tokoh inspiratif dari daerah sebagai pelopor bagi kemajuan bangsa di tengah situasi perpolitikkan yang tidak sehat.
Hal itu disampaikan tokoh yang menjadi inisiatif berdirinya Maarif Institute, Ahmad Syafii Maarif, saat memberikan sambutan dalam pemberian penghargaan Maarif Award ke-6 kepada tokoh-tokoh inspiratif Indonesia, di Grand Studio Metro TV, Jakarta, kemarin.
"Saya rasa untuk ke depan tokoh-tokoh daerah yang berjasa harus menjadi arus utama di Republik ini kalau Indonesia mau punya masa depan," jelas tokoh yang akrab disapa Buya ini.
Harapan masa depan Indonesia kepada tokoh-tokoh inspiratif tersebut, kata Buya, disebabkan situasi politik Indonesia yang tidak sehat.
Buya menyebut situasi politik Indonesia memuakkan.
Meski demikian, Buya menyadari bahwa kehidupan berdemokrasi tidak bisa lepas dari partai politik yang merupakan salah satu pilar demokrasi.
Untuk itu, ia meminta parpol untuk benar-benar menjadi penyangga demokrasi yang sehat.
Setelah tahun 2014, Maarif Institute kembali mengadakan pemberian penghargaan Maarif Award ke-6 kepada tokoh-tokoh inspiratif Indonesia.
Dalam penghargaan yang didukung Metro TV dan Bank Mandiri dengan mengambil tema Memulihkan luka dan merawat solidaritas sosial bangsa tersebut, Maarif Award tahun ini diberikan kepada dua tokoh dan satu lembaga inspiratif, yakni Budiman Maliki, Josep Matheus Rudolf Fofid (Rudi Fofid), dan Institute Mosintuwu.
Penentuan penerima penghargaan dilakukan dengan seleksi ketat dewan juri, yakni Wakil Ketua Dewan Pembina CSIS Clara Joewono, Pemimpin Redaksi The Jakarta Post Endy Mouzardi Bayuni, Penerima Maarif Award 2007 Jacklevyn Frits, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat, dan Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah.
Budiman Maliki, aktivis yang membantu pengungsi Poso di Palu pada 2000-2001, mengatakan penghargaan itu merupakan semangat untuk melanjutkan kerja kemanusiaan.
"Mungkin sampai ajal saya menjemput," tukasnya.
Budiman mendirikan Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil (LPMS) untuk membantu pemerintah dalam melakukan resolusi konflik.
Hebatnya, Budiman rela menyisihkan penghasilannya dari berjualan es mambo sebesar 40%-60% untuk membiayai LPMS.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved