Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PSIKOLOG dari Universitas Indonesia Kasandra Putranto mengatakan banyak pecandu narkoba yang harus mengalami relaps atau kembali menggunakan sebelum mencapai pemulihan jangka panjang.
"Sama seperti halnya penyakit kronis, banyak orang mengalami satu atau beberapa kali relapse sebelum mencapai pemulihan jangka panjang. Relapse merupakan hal umum dan normal terjadi pada orang yang sudah sempat pulih dari kecanduannya," ujar Kasandra, dikutip Jumat (17/6).
Diketahui, Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat sekitar 70% dari jumlah pecandu narkoba yang telah melalui program rehabilitasi cenderung mengalami relaps. Sedangkan, menurut National Institute on Drug Abuse (NIDA), orang yang pernah menjalani rehabilitasi dan kembali mengalami relaps mencapai 40%-60%.
Baca juga: Psikolog: Gaya Hidup Pengaruhi Kecenderungan Gunakan Narkoba
Meski demikian, menurut Kasandra, relapse bukan berarti rehabilitasi atau terapi yang dijalani gagal. Pasalnya, seseorang yang sedang mencoba berhenti menggunakan narkoba bisa saja mengalami ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap rangsang stres dari dalam maupun luar dirinya.
"Sehingga, inilah yang membuat orang tersebut kembali menyalahgunakan narkoba," kata dia.
Adapun alasan-alasan lain yang memicu terjadinya relaps, tambah Kasandra, di antaranya karena belum benar-benar siap untuk berhenti, frustrasi, depresi, rendah diri, mengingat kembali kejadian asik saat menggunakan narkoba di masa lalu, lalai dalam menjalankan program rehabilitasi atau pasca rehabilitasi, hingga kurangnya rencana untuk mencegah kekambuhan.
Selain itu, kata dia, pecandu memerlukan waktu untuk memahami permasalahan yang mereka hadapi dan sungguh-sungguh memiliki keinginan berhenti menggunakan narkoba.
"Kesembuhan merupakan proses panjang dan terkadang sangat menyakitkan. Mantan penyalahguna narkoba harus bertekun hari demi hari untuk memperjuangkan sikap dan usaha mereka menuju hidup baru," ungkap Kasandra.
"Inilah pentingnya program pascarehabilitasi. Meski seseorang baru saja pulih, dia tidak sepenuhnya aman dari kemungkinan relapse. Oleh karena itu, mengambil langkah aktif dengan membuat rencana pencegahan kekambuhan dapat membuka jalan bagi pemulihan yang sehat dalam jangka panjang," lanjutnya.
Dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ratna Mardiati menambahkan, pendampingan juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam membantu pemulihan pecandu narkoba.
"Sebanyak 80% (pemulihan) gagal kalau tidak didampingi. Pasti bisa (pulih total). Kita optimistis kalau ada pendampingan, kalau terapinya berjalan lancar, pasti bisa," kata Ratna, yang kini berpraktik di Klinik Angsamerah itu.
"Kita bisa lihat banyak orang yang sudah masuk rehabilitasi bertahun-tahun, kembali lagi baik banyak, hidup normal banyak, yang sukses juga banyak," pungkasnya. (Ant/OL-1)
Keluar dari zona nyaman bukan hal yang mudah, tapi penting meningkatkan kualitas hidup seseorang. Simak tips untuk keluar dari zona nyaman.
Perfeksionisme pada remaja perempuan sering kali mengakibatkan stres, tekanan berlebihan, dan keterbatasan dalam kreativitas.
Mengubah fokus dari hasil ke proses, memberikan dorongan positif, dan menetapkan tujuan realistis adalah kunci membantu anak perempuan mengelola perfeksionisme.
Proyek penelitian yang dipimpin University College London (UCL) mengeksplorasi efektivitas resep sosial dalam mengurangi kesepian dan meningkatkan kesejahteraan di anak-anak 9-13 tahun.
Tanamkan hal positif tentang sekolah, misalnya banyak teman untuk bermain, hindari memberikan tuntutan berlebihan pada anak.
Ibu yang mengalami baby blues diminta berusaha mengungkapkan emosi yang dirasakan kepada pasangan maupun orang-orang terdekat agar bisa segera mengatasi masalah tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved