Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
Penyiapan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) menjadi salah satu solusi dalam mencegah karhutla. Faktor manusia yang menjadi penyebab utama karhutla di Indonesia harus dikikis. Hal ini diungkapkan Konsultan Manajemen Kehutanan Peter Moore.
“Karhutla disebabkan oleh kombinasi keterbatasan akses teknik pengolahan lahan tanpa membakar, pemahaman yang lemah tentang risiko kebakaran, praktik yang buruk, kelalaian, dan kecerobohan dalam pengolahan lahan,” jelas Peter dalam keterangan resmi, Rabu (27/4).
Peter menjelaskan tentang metode pengendalian karhutla berbasis masyarakat. Maksudnya jenis pengelolaan lahan dan hutan di mana masyarakat lokal memiliki keterlibatan substansial dalam menentukan tujuan dan praktik pengendalian karhutla.
“Manajemen kebakaran skala lokal di mana pengetahuan lokal, tradisional atau adat memainkan peran utama dalam menginformasikan dan melakukan manajemen kebakaran, yang juga direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan oleh masyarakat," ungkap Peter.
"Keterlibatan masyarakat dalam pengendalian karhutla dilakukan dengan melibatkan berbagai aktor lokal, termasuk lembaga dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang konsen pada pengendalian karhutla,” imbuh dia.
Peter mengharapkan dalam pengendalian karhutla haruslah mengakui dan menggunakan pengetahuan, kepemimpinan, dan keahlian warga lokal dan kelompok masyarakat dengan melibatkannya di tingkat lokal, daerah, nasional, regional, dan internasional untuk memastikan bahwa proses terbuka dan dapat diakses oleh orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya, terutama penduduk asli.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional Saptadi Darmawan dalam pemaparannya menerangkan bagaimana berkontribusi pada program pencegahan karhutla dengan mengembangkan praktik PLTB. Ia menyatakan pihakny berusaha memberikan solusi alternatif bagi masyarakat terhadap peraturan pemerintah tentang larangan penyiapan lahan dengan cara dibakar.
"Dengan penerapan Teknologi Arang Terpadu pemanfaatan limbah biomassa dari penyiapan lahan untuk menghasilkan produk yang lebih bermanfaat/ekonomis seperti arang, kompos, dan asap cair. Produk-produk tersebut kemudian digunakan kembali di lahan pertanian untuk mendukung proses budidaya,” jelas Saptadi.
Saptadi menjelaskan Teknologi Arang Terpadu merupakan teknologi terapan yang ramah lingkungan, karena memanfaatkan limbah biomassa, dalam prosesnya menggunakan teknologi sederhana atau rendah dan melepaskan emisi yang rendah. (OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved