Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Penanganan Sampah Plastik Jadi Salah Satu Fokus Pertemuan G20

Ardi Teristi Hardi
24/3/2022 14:29
Penanganan Sampah Plastik Jadi Salah Satu Fokus Pertemuan G20
Ilustrasi: Sampah plastik(ANTARA FOTO/ Patrik Cahyo Lumintu)

DIRJEN Pengendalian Pencemaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sigit Relianto menyampaikan persoalan plastik menjadi salah satu fokus dalam pertemuan G20. Sampah plastik diusahakan untuk didaur ulang dan dimasukkan ke dalam siklus ekonomi.

"Penanganan secara global baru 10%, ini menjadi tantangan nyata. Konsep yang didorong agar plastik masuk lagi ke sistem lain, didaur ulang jadi produk lain," kata dia dalam First G20 Environment Deputies Meeting and Climate Sustanability Working Group (1st G20 EDM-CSWG), Selasa (23/3).

Pertemuan itu juga menghadirkan pelaku usaha. Dengan demikian, mereka bisa meminimalisasi sampah plastik dalam setiap produk yang dihasilkan. Ia menyebut, di Jerman ada kewajiban, semua barang harus ada petunjuk manualnya. Apabila barang tersebut rusak, pengguna tahu cara memperbaiki agar barang tersebut bisa jauh lebih awet.

Mereka pun sudah memikirkan untuk menggunakan plastik seminimal mungkin dalam produk mereka. Kalau pun ada bahan plastik, sampahnya didesain agar isa digunakan pabrik yang lain.

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanthi menjelaskan kegiatan reduce, reuse, recycle (3R) untuk sampah plastik masih menjadi tantangan tersendiri. Menurut dia, dunia usaha sudah seharusnya berani mendesain produk dengan meminimalisasi plastik ataupun jika rusak mudah diperbaiki sehingga tidak sampai dibuang dan menjadi sampah.

Pertemuan itu menjadi tempat tukar menukar teknologi, tidak hanya antarpemerintah, tetapi juga dengan swasta. Selain itu, imbuh dia, mekanisme monitoring menjadi hal penting agar bisa melihat persebaran plastik secara global. Selain sampah plastik, permasalahan konservasi, pengelolaan air, serta kerusakan lahan menjadi pembahasan dalam pertemuan tersebut yang dilaksanakan, Senin (21/03) hingga Kamis (24/03) di DIY.

Hasil pertemuan tersebut akan dibawa ke tingkat menteri para anggota G20. Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan penyelenggaraan G20 merupakan momentum untuk mewujudkan tindakan kolektif yang lebih berani untuk mengatasi tiga krisis planet, yaitu krisis iklim, hilangnya keanekaragaman hayati dan kelebihan populasi manusia. Dalam sambutannya secara daring, dia menyebut, ketiga hal itu saling berkaitan dan telah menyebabkan berbagai permasalahan di planet Bumi saat ini.

"Adopsi Pakta Iklim Glasgow dan keputusan lainnya selama Pertemuan Konferensi Para Pihak (COP-26) ke-26 UNFCCC tahun 2021 lalu menekankan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan upaya pengurangan emisi secara kolektif melalui aksi percepatan dan implementasi langkah-langkah mitigasi domestik," kata Siti dalam Pertemuan Kelompok Kerja (Pokja) yang membahas mengenai keberlanjutan iklim, tergabung dalam First G20 Environment Deputies Meeting and Climate Sustanability Working Group (1st G20 EDM-CSWG), Selasa (23/3).

Baca juga: Sampah Plastik 10 Perusahaan Cemari Muara Sungai Wonorejo

Selain itu, ia juga menyebut peran penting untuk melindungi, melestarikan dan memulihkan alam dan ekosistem dalam memberikan manfaat untuk adaptasi dan mitigasi iklim sambil memastikan perlindungan sosial dan lingkungan. Pertemuan itu diikuti sebanyak 81 delegasi dari 20 negara anggota, 7 negara undangan, dan 5 organisasi internasional.

Pertemuan G20 EDM CSWG di Yogyakarta ini secara umum mengusung tiga agenda prioritas. Pertama, mendukung pemulihan yang lebih berkelanjutan, dalam hal ini, untuk mempromosikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan memaksimalkan manfaat tambahan dari program pemulihan pascacovid-19 dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Kedua, peningkatan aksi berbasis daratan dan lautan untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim. Dalam hal ini, untuk menekankan pentingnya kontribusi ekosistem yang unik untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta ekonomi biru.

Ketiga, peningkatan mobilisasi sumber daya untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim. Dalam hal ini, untuk mendukung implementasi mekanisme pembiayaan yang inovatif dan mobilisasi pendanaan untuk alam, dengan melekatkan pada pentingnya dan peran sektor swasta.

"Untuk mencapai target jangka menengah dan panjang dalam pengurangan emisi tersebut, ekosistem unik memainkan peran penting, termasuk di dalamnya ekosistem lahan gambut dan mangrove," lanjut Siti Nurbaya.

"Ekosistem unik di dunia memainkan peranan penting pengurangan emisi karbon dalam kaitannya dengan konservasi keanekaragaman hayati, penyimpanan dan pasokan air, perlindungan pesisir, dukungan perikanan, dan mata pencaharian masyarakat," ujarnya.

Studi-studi yang dilakukan di DIY ini juga merupakan langkah mendukung isu prioritas pada Climate Sustainability Working Group (CSWG) juga sebagai basis pembahasan bagi penyusunan Deklarasi tingkat Menteri.

"1st Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (EDM-CSWG) adalah tonggak G20 pertama melalui upaya bersama kami untuk melindungi lingkungan dan menghadapi perubahan iklim menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan ketahanan iklim. Mari pulih bersama, pulih lebih kuat," pungkasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya