Media Indonesia Bedah Buku Spektrum Kehidupan

SEJUMLAH komunitas dan pecinta fotografi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengikuti diskusi buku fotografi jurnalistik berjudul Spektrum Kehidupan, di ruang Archimedes Taman Pintar Yogyakarta, Minggu (29/05).

Dalam diskusi itu, Kepala Divisi Foto Dan Artistik Media Indonesia yang menjadi narasumber, Hariyanto mengatakan, Buku Spektrum Kehidupan adalah buku fotografi jurnalistik yang digarap para juru kamera Harian Media Indonesia.

Setiap minggu, Koran Media Indonesia punya rubrik foto esai yang menampilkan kisah kehidupan tidak hanya di indoneaia tapi semua belahan bumi. "Foto-foto itu yang kita bukukan," kata Hariyanto.

Menurut Hariyanto, lahirnya buku Spektrum Kehidupan untuk menjadi pengingat dan jejak usaha fotografer Media Indonesia, tidak hanya di koran tapi juga di buku.

Seperti kisah ratusan TKI yang terlantar di kolong jembatan Kandara, Jeddah, Arab Saudi, kalau tidak didokumentasikan dalam buku, maka kerja keras jurnalis foto untuk mendokumentasikannya perlu didokumentasikan dalam sebuah buku. "Karena medium antara koran dan buku berbeda," kata Hariyanto.

Meski pengunjung yang hadir dalam obrolan buku tidak penuh, namun diskusi berjalan sangat gayeng dan mereka berebut melemparkan pertanyaan.

Menjawab pertanyaan peserta tentang pertimbagan tata letak foto berdasarkan tema kamusiaan dan etika fotografi, Hariyanto mengatakan pemilihan tempat berdasarkan news value. Biasanya, jelas Hariyanto, di bagian akhir ditempatkan karya-karya yang bersifat satir, seperti wisata derita di Lapindo.

"Karena kasus lumpur lapindo sampai belum terselesaikan. Ini sekaligus untuk mengingatkan kita semua bahwa itu belum selesai," katanya.

Lebih jauh, Hariyanto mengatakan tujuan mendokumentasikan hasil fotografer Media Indonesia menjadi buku Spektrum Kehidupan adalah foto bisa menjadi pengingat di masa yang akan datang kalau pernah terjadi peristiwa di masa lampau.

"Jadi sayang kalau tidak dijadikan sebuah karya agar dia bisa menjadi hal yang mengingatkan bahwa sesuatu pernah terjadi. Dan buku itu sebagai jejak," imbuh Hariyanto. (OL-2)