ANAK-ANAK di Kampung Cigadog Lebak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, masih menjalani tradisi unik saat Ramadan. Mereka membuat bedil lodong dari bahan bekas pakai. Lodong merupakan sejenis bedil yang marak dimainkan pada bulan puasa.
Dulu, lodong kebanyakan terbuat dari bambu.
Bedil lodong memang menjadi permainan tradisi di Tanah Sunda.
Sekarang, bahan untuk membuat lodong sudah dimodifikasi. Ada yang menggunakan pipa paralon bekas dengan alat pemicu suara dentuman berasal dari cairan spirtus. Ada juga yang membuat dari kaleng susu bekas dan botol bekas air mineral.
Bedil lodong biasa juga diisi minyak tanah atau karbit. Alat itu dinyalakan dengan menggunakan pemantik dan hasilnya akan terdengar suara dentuman, mirip peledak.
"Cara membuatnya tak terlalu rumit, yang penting tersedia bahan yang diperlukan. Kalau saya untuk membuat lodong menggunakan kaleng susu bekas dan botol bekas air mineral," kata Hendra, salah seorang pembuat bedil lodong, kemarin.
Permainan bedil lodong tidak hanya digemari anak-anak, tapi juga orang dewasa. "Bedil lodong mulai marak ketika menjelang puasa dan malam takbiran sebelum Lebaran," tambah Hendra.
Seiring dengan perkembangan zaman, Hendra pun memodifikasi bedil lodong. Ia tidak lagi menggunakan bambu, tapi kaleng bekas. "Memang cukup sulit juga sekarang mendapatkan batang bambu. Jadinya sekarang pakai kaleng bekas dengan magnet sebagai pemantiknya," tuturnya.
Dalam permainan perang-perangan bedil bodong, biasanya terbagi beberapa kelompok. Aksi perang-perangan dilakukan sore hari menjelang buka puasa. "Kalau main lodong biasanya sore sekalian ngabuburit," kata Deri Ramdani, salah seorang pemain lodong.
Panji, 30, tokoh pemuda setempat, menambahkan permainan bedil lodong tersebut merupakan tradisi turun-temurun masyarakat di kampungnya dalam menyambut Ramadan.
"Anak-anak sekarang lebih memilih menggunakan bahan dari kaleng bekas dengan menggunakan bahan peledak dari spirtus. Selain cukup hemat, saat ini batang bambu juga sulit diperoleh."
Biasanya bedil lodong digunakan sesudah salat subuh atau menanti saat berbuka puasa (ngabuburit). "Tradisi ini sudah ada sejak zaman dulu. Biasanya marak ketika Ramadan," sebut Panji.
Meskipun mengeluarkan suara dentuman cukup keras, bedil lodong dijamin aman. Akan tetapi, dalam memainkannya, tetap harus ada pengawasan dari orang dewasa. "Takut mah enggak, cuma kaget saja kalau mendengar suara ledakannya," kata Ramdan, pemain lodong lainnya. (Benny Bastiandy/H-1)