Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
TIDAK perlu panik jika melihat orang yang tiba-tiba tak sadarkan diri akibat henti jantung. Ini karena orang awam pun bisa memberikan pertolongan.
Itu dikatakan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Universitas Indonesia dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K). Dalam webinar Selamatkan Nyawa dengan Teknik Resusitasi yang Tepat, Sabtu (2/9), dr. Radityo mengatakan bahwa semua orang dapat melakukan bantuan hidup jantung dasar (BHJD) sebagai tindakan penyelamatan nyawa setelah terjadi henti jantung.
"Kematian akibat penyakit jantung penyebab utamanya yaitu henti jantung mendadak. Ternyata, henti jantung ini kalau ditolong dalam rentang waktu lima menit, keberhasilannya bisa baik," kata dr. Radityo.
BHJD merupakan gabungan dari pengamatan dan tindakan yang tidak terputus. Komponen yang harus dikuasai dalam melakukan oleh penolong yakni menilai keadaan pasien, kompresi dada yang baik, penggunaan alat defibrilasi otomatis (AED), dan penilaian pergerakan dada, serta pemberian bantuan napas yang baik.
Tahapan BHJD secara umum yaitu memastikan lingkungan sekitar aman, mengecek respons pasien, mengaktifkan sistem emergensi, chest compression (kompresi dada), airway (jalan nafas), dan breathing (pernapasan). "Sebelum menolong, pastikan lingkungannya aman untuk melakukan resusitasi. Misalnya, kalau pasien di tengah jalan ya ke pinggirkan dulu atau kalau dia kesetrum ya sumber listriknya dimatikan dulu," jelas dr. Radityo.
"Lalu kenapa harus kompresi dada sebelum airway? Karena pada henti jantung, tekanan rata-rata oksigen dalam arteri umumnya masih baik, sehingga pemberian oksigen pada henti jantung tidak terlalu penting," lanjutnya. Namun di masa pandemi, dr. Radityo mengingatkan bahwa dalam BHJD penolong hanya dapat melakukan tahap kompresi dada dan tidak boleh melakukan airway dan breathing sebagai upaya pencegahan penularan covid-19.
Selanjutnya, dr. Radityo mengatakan ada sedikit perbedaan dalam melakukan BHJD untuk bayi, anak-anak, orang dewasa, ibu hamil, dan pasien dengan kondisi khusus. dr. Radityo mengatakan, BHJD terhadap orang dewasa dapat dilakukan jika terdapat indikasi henti jantung, henti napas, dan korban tidak sadarkan diri. (Ant/OL-14)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved