Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) atau dengan nama barunya Organisasi Riset (OR) Penerbangan dan Antariksa mengajak peneliti diaspora untuk kembali membangun dan memperkuat riset nasional. Pasalnya, lembaga yang berada di bawah BRIN itu masih mengalami kekurangan SDM.
"Kami masih kekurangan SDM yang kompeten dan qualified. Saat ini exisiting SDM (engineer & researcher) masih ada kekurangan terutama pada bagian core technology," ungkap Plt. Kepala OR Penerbangan dan Antariksa BRIN Erna Sri Adiningsih kepada Media Indonesia, Kamis (9/9).
Dia mengatakan bahwa LAPAN memiliki program-program strategis ke depan. Meski sudah integrasi ke dalam BRIN, program tersebut tetap menjadi fokus pihaknya yang didukung lewat ekosistem riset bersama dalam BRIN.
"Ke depan sangat dibutuhkan SDM (researcher & engineer) antara lain untuk program roket, satelit komunikasi konstalasi, pesawat N219A, lokasi peluncuran (bandar antariksa), pengoperasian dan pemanfaatan observatorium nasional (Obnas)," jelasnya.
Untuk menarik para peneliti diaspora, lanjut Erna, pihaknya memanfaatkan jejaring internasional yang sidah ada. LAPAN selalu berkomunikasi melalui Kedubes RI setempat, kemitraan yang sudah dilakukan dengan berbagai universitas di negara lain.
Selain itu, mereka juga mengadakan webinar yang mengundang para diaspora untuk mempromosikan LAPAN dan program-programnya. Hal itu diharapkan dapat menarik minat para diaspora untuk kembali ke Tanah Air.
Lebih lanjut, mengenai iklim dan budaya kerja yang mungkin sebelumnya masih belum sama dengan lembaga-lembaga riset taraf internasional, dengan berintegrasi ke dalam BRIN akan menjadi daya tarik lain bagi diaspora. Karena para researcher dan engineer punya kesempatan untuk memanfaatkan seluruh fasilitas yang ada di dalam BRIN, tidak harus terbatas pada Organisasi Riset (OR) tertentu.
Sementara, LAPAN sendiri pun tengah membangun sejumlah fasilitas riset dengan standar global. Beberapa fasilitas LAPAN pun sudah tersertifikasi. "Sebagian dari fasilitas yang sudah atau sedang dikembangkan oleh LAPAN bahkan bertaraf internasional. Dalam 2-3 tahun terakhir LAPAN maupun OR lainnya yang sekarang di dalam BRIN melakukan pembangunan infrastruktur riset dan inovasi secara masif. Ini juga yang ditawarkan untuk menarik minat para diaspora," imbuhnya.
Dia menambahkan, meski kekurangan SDM untuk saat ini belum ada kebijakan dan kebutuhan urgent merekrut SDM asing sebagai pegawai tetap atau kontrak. Keterlibatan SDM asing yang paling mungkin adalah dalam bentuk kerjasama atau internship atau visiting researcher. Pihaknya tetap berharap pada kemampuan anak bangsa yang sudah berpengalaman di berbagai belahan bumi. (OL-12)
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin menegaskan bahwa asteroid ini tidak berbahaya karena terbang dalam jarak yang masih cukup jauh dari bumi.
Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (Lapan) juga sebelumnya menyatakan asteroid berukuran raksasa akan menabrak bumi pada pertengahan bulan Ramadan adalah informasi yang tidak benar.
Caranya dengan mematikan lampu pada pukul 20.00-21.00, guna meminimalisir polusi cahaya dan langit akan terlihat lebih jelas.
Pada 2 November 2020 mendatang, Asteroid 2018 VP1 akan melintas di dekat bumi pada pukul 18.33 WIB dengan jarak 0,0028 satuan astronomi
RX450-5 merupakan roket eksperimen sonda dengan diameter 450 mm.
Tipe roket yang dikembangkan antara lain RX-100, RX-120, RX-360, RX-450, RX-550. Roket RX-450 yang mengemban misi sebagai roket peluncur orbit rendah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved