Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Masyarakat Diimbau Tiru Pemikiran dan Komitmen Moral Buya HAMKA

Mediaindonesia.com
01/9/2021 07:50
Masyarakat Diimbau Tiru Pemikiran dan Komitmen Moral Buya HAMKA
Pengunjung melihat barang-barang peninggalan Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka di rumah kelahirannya, Minangkabu.(ANTARA/Iggoy el Fitra )

SEBAGAI ulama, almarhum buya Hamka tak cuma matang dalam urusan agama. Ilmu lain, seperti filsafat juga dikuasainya. Hal itu bisa dilihat dari berbagai tulisannya.

Bagi Hamka, filsafat berfungsi sebagai alat memahami dan juga memberikan pandangan terkait kondisi terkini pada zamannya. Kemampuanya dalam bidang filsafat membuat HAMKA mampu melihat perubahan pemahaman dan peradaban dunia dengan konsep final yang ada dalam agama.

Demikian benang merah yang bisa dibaca pada diskusi via zoom bertajuk 'Mengurai Titik Temu Falsafah Ketuhanan, Kemanusiaan dan Negara Buya HAMKA' yang digelar Pusat Studi Buya Hamka (PSBH) Uhamka Jakarta, Rabu (31/8).

Baca juga: Sherina Sarankan Baca Buku Filsafat untuk Melatih Berpikir Kritis

Dalam sambutan pengantar saat membuka acara Dr Bunyamin selaku pimpinan Universitas  UHAMKA menyebut Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) menggunakan Filsafat sebagai alat untuk memahami dan juga memberikan pandangan terkait kondisi terkini. “Islam sebagai dasar pemikiran HAMKA bertalian dengan filsafat yang membentuk kombinasi yang harusya dapat dicontoh generasi kini untuk mengurai persoalan bangsa saat ini” terang Wakil Rektor bidang Al Islam dan Kemuhammadiyahan itu.

Pada kesempatan sama dosen filsafat dari Universitas Indonesia, Rocky Gerung menyebut HAMKA adalah seseorang yang meletakkan keyakinannya dalam ajaran agama (Islam) yang final sebagai fondasi utama pemikirannya. Rocky memberikan istilah “Tauhid First” sebagai salah satu keunikan yang dimiliki oleh seorang HAMKA. Tauhid First tersebut bersatu padu dengan kemampuan filsafat yang dimilikinya untuk dapat memahami dan menyikapi pelbagai persoalan yang ada pada zamannya.

“Berbeda dengan pemikir Barat yang secara absolut meletakkan filsafat pada basis kesetaraan dan kebebasan individual dan mempertanyakan segala hal, sedangkan HAMKA ada beberapa nilai atau ajaran yang telah bersifat final” jelasnya.

"Oleh karena itu, HAMKA merupakan seorang pemikir yang modernis. Sebab dapat menghubungkan dengan elegan kondisi dunia yang selalu berubah atau perkembangan peradaban dengan pemahaman teokratis yang final dalam agama. “HAMKA mengajarkan kita untuk berpikir menggunakan nalar dan menguji yang belum selesai oleh keyakinan dari tauhid” tambahnya

HAMKA memang bukanlah seorang filsuf yang berada di menara gading dalam menganalisis dan memberikan komentar terkait persoalan bangsa. Dia adalah seseorang yang terjun dan bersentuhan langsung dengan masyarakatnya. Pernah terjun ke politik praktis, aktifis dan jurnalis. Sehingga dapat dikatakan bahwa HAMKA adalah sosok yang   menginginkan semua orang secara luas dapat mengkakses jalan pikirannya. Tak hanya itu, sebagai orang yang merdeka, dia membentuk sendiri kurikulum etisnya. Suatu kurikulum yang berasal dari pemahaman, pendidikan dan pengalamannya yang panjang dalam pengembaraan keilmuan semenjak di ranah Minang hingga berbagai kota besar di Indonesia.

Menurut n Guru Besar Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Zainun Kamal, pendidikan terakhir Buya HAMKA sangat penting dalam peletakan pondasi filsafatnyaA. Alam Minangkabau merupakan alam yang penuh dengan dialektika dan perdebatan. Minangkabau yang memegang filosofi 'Alam Takambang Jadi Guru', menjadikan HAMKA selalu giat untuk menuntut ilmu dan belajar dari alam dan kondisi sosial. "Bahkan HAMKA tidak hanya menjadikan filsafat sebagai alat, tetapi “menjadikan filsafat sebagai alamnya sendiri. antara dunia nyata atau kondisi ril bersatu padu dengan pikirannya.”
 
HAMKA juga dapat menjelaskan dengan baik kepada lawan bicara atau lawan berpikirnya berbagai ajaran atau pandangan Islam dengan cara filsafat.  Merespon berbagai persoalan termasuk persoalan kenegaraan dengan landasan moral dan filosofisnya yang dalam. Serta  menunjukkan bagaimana untuk dapat berbicara pada zamananya. Merespon dengan filsafat, filsafat yang berdasarkan pada ajaran Islam. Bukti konkritnya adalah HAMKA memaparkan bahwa nilai kemanusian (humanisme) tidaklah berdiri sendiri. nilai tersebut berasal dari nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Kebebasan manusia bukanlah bersifat absolut atau merupakan segalanya, tetapi dia terikat dengan nilai moral yang diajarkan lewat agama.  

Bangsa ini tertinggal dari bangsa lain karena tidak mau menggunakan filsafat dalam menghadapi dinamika zaman dan juga menggunakan moral dan agama untuk menyikapinya.  "Berhenti berfilsafat  sama artinya dengan berhenti berpikir dan mengabaikan suatu rahmat yang diberikan Tuhan kepada kita. Namun, berpikir secara filsafat harus diganggu atau dikritik, sebab jika, pikiran atau ide tak mau diganggu berarti dia sedang berdoa atau bukan sedang berpikir,” ujarnya. (Ant/A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya