Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Natasha Dematra, Sutradara Perempuan Asia Pertama Raih AMA

Melati Yuniasari Fauziyah
23/4/2016 21:32
Natasha Dematra, Sutradara Perempuan Asia Pertama Raih AMA
(Foto Istimewa)

INDONESIA kembali diharumkan oleh putri terbaik bangsa. Tepat pada Hari Kartini yang jatuh pada Kamis (21/4) lalu, American Movie Awards (AMA) yang telah berdiri sejak 1980 lalu mengumumkan bahwa sutradara perempuan asal Indonesia, Natasha Dematra, 18, berhasil mendapatkan predikat sebagai Sutradara Pendatang Terbaru Terbaik 2016 lewat film 'Tears of Ghost'.

Dalam film tersebut, Nat, panggilan akrab Natasha, juga berperan sebagai pemain. Dengan terpilihnya putri dari sutradara Damien Dematra, ia berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai Sutradara Perempuan Asia pertama yang berhasil mendapatkan predikat tersebut sejak festival film itu didirikan.

Gadis kelahiran 9 April 1998 itu mengaku tidak menyangka bahwa dirinya akan mendapatkan predikat dalam ajang festival film bergengsi tersebut. "Awalnya kan dikasih tahu lewat surat elektronik, pas baca aku syok. Aku diam dulu, karena kan untuk masuk festival itu susah banget," tuturnya kepada Media Indonesia saat dihubungi, Sabtu (23/4).

Film 'Tears of God' merupakan film yang ia garap ketika berusia 15 tahun dan rampung di usianya yang ke-17. Sejak Juni 2015, film yang ia sutradarai itu telah melanglang buana ke berbagai festival internasional. Hingga kini, filmnya telah berhasil meraih puluhan penghargaan internasional seperti Award of Merit untuk kategori Film Terbaik di salah satu festival film di San Fransisco dan empat penghargaan internasional dari Global Independent Film Awards.

Diakuinya, saat syuting film 'Tears of God' berlangsung, ia kerap mendapat perlakuan diskriminatif dari para kru lantaran usianya yang masih muda. Namun, ia tidak mengambil pusing. Ia justru menjadikan pandangan skeptis itu sebagai pemicu untuk menjadi lebih sukses dan menunjukkan bahwa dirinya mampu mengerjakan apa yang dianggap tidak mampu oleh orang lain.

"Ada diskriminasi dari para kru, mereka pada malas-malasan (ketika diperintah), tapi nggak semua. Aku sih masuk telinga kanan keluar telinga kiri aja, nggak didengerin. Ngapain buang energi, mending langsung tunjukin kalau kita juga bisa," lanjutnya.

Bersama sang ayah, ia berencana membuat sebuah film pendek bertemakan lingkungan hidup yang akan mulai digarap pada Mei mendatang. Dalam film pendek itu, ia akan kembali menjadi sutradara sekaligus pemain. Sedangkan sang ayah akan memproduseri film tersebut.

Telah berhasil meraih segudang prestasi di usianya yang masih belia, Nat mengaku tidak memiliki kiat-kiat khusus. Namun, ketika ia ingin melakukan sesuatu, ia akan menerapkan istilah no talk action only.

"Kiat sih nggak ada ya, cuma kalau pengen melakukan sesuatu ya langsung dilakuin nggak cuma ngomong," ungkap gadis yang telah berhasil meraih 100 penghargaan itu.

Gadis yang berkeinginan untuk menjadi akrtis sejak kecil itu mengakui bahwa dirinya kini sedang fokus untuk merampungkan novel fiksinya yang bergenre thriller. Direncanakan, novelnya akan terbit pada akhir tahun.

"Aku juga pengen bikin film autobiografi tentang tokoh Indonesia. Jadi kalau ada festival film lagi bisa sekalian promosi Indonesia dan tokohnya ke dunia luar, tapi belum tahu kapan. Sekarang fokus ke novel dulu," tutupnya. (Mlt/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya