Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
PENINGKATAN kasus covid-19, yang terjadi akhir-akhir ini, memicu kenaikan kasus pada anak-anak. Varian Delta, yang cepat menginfeksi, diduga menjadi faktor penyebab utamanya.
Selain itu, program vaksin untuk kelompok usia di bawah 18 tahun yang belum menyentuh anak-anak diduga turut menyumbang andil kasus covid-19 pada anak-anak.
Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut kasus positif covid-19 pada anak usia 0-18 tahun di Indonesia cukup tinggi mencapai 12,5%. Untuk mencegah penularan virus korona pada usia anak, IDAI pun menyerukan agar anak-anak tetap di rumah.
Baca juga: Puan Minta Pemerintah Buat Terobosan Penanganan Pasien Covid-19
Dokter spesialis anak RSA UGM Ade Febriana berpendapat, selama masa pandemi ini, anak harus tetap di rumah dan dipenuhi kebutuhan dasar mereka. Artinya, kebutuhan asah asih asuh harus didapatkan anak selama berada di rumah.
“Orangtua wajib menyediakan dan menyiapkan rumah sebagai tempat anak merasa nyaman, bahagia, dan menyenangkan sehingga anak tidak merasa terkungkung atau terisolasi di rumah," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (7/7).
Orangtua harus menyiapkan bahan pangan yang sehat dan mainan untuk bahan stimulasi yang sesuai usia anak. Orangtua diharapkan banyak berinteraksi dengan anak untuk bisa mengajarkan budi pekerti yang baik.
Secara langsung, katanya, orangtua bisa memberikan contoh penggunaan alat pelindung diri seperti masker serta kebiasaan dan cara mencuci tangan yang benar. Hal ini perlu dilakukan karena sebenarnya anak memiliki kebiasaan meniru.
“Tunjukkan bahwa orangtua selalu konsisten menggunakan masker. Menggunakan masker untuk saat ini adalah keharusan," ucapnya.
Ade Febrina menambahkan bila anak ada kontak erat dengan pasien covid-19, atau bahkan terkonfirmasi terinfeksi covid-19, wajib bagi orangtua membawa anak ke fasilitas kesehatan terlebih dahulu agar mendapatkan asesmen dari dokter yang tepat.
Ini penting apakah kondisi anak tanpa gejala, atau dengan gejala yang ringan, atau sedang atau berat.
“Tidak semua anak terinfeksi covid-19 harus mondok di rumah sakit. Tanpa gejala atau gejala ringan, anak bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Kecuali jika gejala sedang atau berat harus mendapatkan perawatan di rumah sakit," katanya.
Jika anak harus mondok tetapi tidak bisa mondok karena tempat tidur di RS habis, kata Ade, obat yang diberikan harus diminum sesuai petunjuk dokter.
Selalu dilakukan evaluasi kondisi anak dengan memonitor kondisi harian anak agar diketahui jika ada tanda-tanda yang membahayakan seperti demam tinggi suhu di atas 38.5, sesak napas, lemas atau malas makan dan minum, serta saturasi oksigen di bawah 95%.
“Oleh karena itu, di rumah sebaiknya memiliki termometer dan alat pengukur saturasi oksigen. Orangtua wajib melakukan komunikasi dengan dokter spesialis anak melalui fasilitas telemedicine atau kembali melakukan pemeriksaan ke RS agar mendapatkan penanganan yang tepat," pungkasnya. (OL-1)
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mencatatkan jumlah kasus covid-19 secara global mengalami peningkatan 52% dari periode 20 November hingga 17 Desember 2023.
PJ Bupati Majalengka Dedi Supandi meminta masyarakat untuk mewaspadai penyebaran Covid-19. Pengetatan protokol kesehatan (prokes) menjadi keharusan.
PEMERINTAH Palu, Sulawesi Tengah, mengimbau warga tetap waspada dan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan menyusul dua kasus positif covid-19 ditemukan di kota itu.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan jenis virus covid-19 varian JN.1 sebagai VOI atau 'varian yang menarik'.
DINAS Kesehatan (Dinkes) Batam mengonfirmasi bahwa telah terdapat 9 kasus baru terpapar Covid-19 di kota tersebut,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved