Headline
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.
MARISSA Mayer memang berbeda. Pada 2012 ketika berusia 37 tahun, dia merupakan seorang istri yang sedang mengandung, seorang insinyur, dan tiba-tiba menjadi CEO sebuah perusahaan senilai 30 miliar dolar.
Dia dikenal kontradiktif. Di atas panggung di depan ratusan atau ribuan orang, ia ialah sosok yang hangat, memesona, dan penuh tawa. Namun, di ruangan dengan hanya sedikit orang, ia dingin, terus terang, dan tidak ramah. Dalam pertemuan satu lawan satu, ia bahkan tidak bisa menatap lawan bicaranya secara langsung.
Selama lebih dari 10 tahun kariernya di Google dan Yahoo, intuisinya seringkali benar, tapi tak jarang salah. Meski begitu, saat Mayer membuat kesalahan, dengan cepat ia memperbaikinya.
Dikagumi secara luas, Mayer memiliki banyak musuh dalam industrinya. Mereka mengatakan ia seperti robot, menyebalkan, dan absurd terkait dengan obsesinya terhadap detail. Mayer dianggap memulai karier di Google dengan sangat baik, mendesain laman mukanya, menciptakan struktur manajemen produknya, dan menjadi wajah bagi perusahaan tersebut. Ia ialah orang terkuat dari salah satu perusahaan terkuat di dunia, lalu tiba-tiba tidak lagi, setelah dia pergi.
Masa dot-com burst pada 2000 silam menandai awal kemunduran Yahoo yang menjadi perusahaan internet ketinggalan zaman. Sahamnya jatuh sembilan% dalam sehari dan nyaris kehilangan segalanya.
Lalu, pada 2012 datang keputusan merekrut salah seorang petinggi Google saat itu, yakni Marissa Mayer. Proses rekrutmennya cepat, tetapi membuat semua orang sangat optimistis. Di awal perekrutannya, perempuan ini memutuskan untuk tidak memecat lima ribu orang karyawan Yahoo. Dia mesti membuktikan kemampuannya dengan menyelamatkan perusahaan itu.
Kisah jatuh bangun Marissa Mayer dan keputusan kontroversialnya dalam misi menyelamatkan Yahoo dari kebangkrutan, dituangkan koresponden senior Business Insider, Nicholas Carlson, dalam buku Marissa Mayer and the Fight to Save Yahoo. Versi terjemahannya diterbitkan Bentang Pustaka.
Selain soal kiprah Mayer di Google dan Yahoo, Carlson juga mengupas kisah penciptaan Yahoo, kesuksesan sekejapnya, kemunduran perlahannya, juga CEO superstarnya. Lebih lanjut, dia mengisahkan perlombaan Mayer melawan waktu di Yahoo.
Pada 2013, beberapa masalah Yahoo ialah kesalahan Marissa Mayer dalam perekrutan dan mempromosikan orang yang salah. Ia juga terpaksa melakukan pekerjaan nonteknis yang dia tidak mengerti. Saham Yahoo masih naik, jauh melesat ketimbang saat Mayer baru bergabung, tapi itu tak ada hubungannya dengan apa yang dilakukannya. Pendapatan masih belum tumbuh, malah menyusut dari tahun ke tahun. Harga saham itu ialah berkat investasi berbuah baik di perusahaan rintisan di Tiongkok yang meledak saat itu, Alibaba.
Kesuksesan maupun kegagalan Mayer menjadi pembelajaran yang menarik untuk dicermati. Kesuksesan untuk ditiru, kegagalan untuk tak diikuti.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved