Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Bidang Kardiovaskular kian Maju

Fetry Wuryasti
16/4/2016 01:30
Bidang Kardiovaskular kian Maju
(Ilustrasi)

TINDAKAN medis terhadap penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) di Indonesia dinilai telah maju dan bisa disejajarkan dengan negara di berbagai belahan dunia. Kendala utama yang masih harus dihadapi ialah kompetensi dokter untuk menangani kardiovaskular yang belum merata.

Penilaian itu dikemukakan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) sekaligus dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Anwar Santoso, kemarin, dalam jumpa pers setelah acara seminar yang dihadiri puluhan dokter, yang mengambil tema Menjembatani kesenjangan dalam layanan kardiovaskular: memberikan layanan efisien, fokus, dan sesuai standar, di Jakarta, Jumat (15/4).

“Kemajuan yang telah dicapai dalam bidang kardiovaskular sangat banyak, dalam bidang kuratif telah ditemukan Percutaneus Coronary Intervention (PCI), Cardiac Resynchronization Therapy (CRT), dan Left Ventricular Assist Device (LVAD) yang berhasil mengurangi angka kematian akibat gagal jantung,” ujar Anwar.

Pemasangan alat pacu jantung juga terbukti menurunkan angka kematian akibat serangan jantung mendadak.

Kendati demikian, dia mengakui masih banyak persoalan dalam pelayanan kardiovaskular. Secara internal, masalah terjadi pada dokter yang dituntut bekerja dalam sistem (best practice) untuk membantu pemerintah mengontrol kualitas dan biaya kesehatan masyarakat. Secara eksternal, dokter harus siap menghadapi MEA agar dapat bersaing secara kualitas dan kuantitas.


Kesenjangan

Dokter spesialis jantung Daniel Tobing menambahkan, tantangan juga terjadi pada kesenjangan yang dihadapi di bidang kesehatan. Sebagai negara dengan penduduk terbanyak, kompetensi dokter untuk menangani kardiovaskular belum merata.

“Di Indonesia baru sedang tumbuh 12 pusat pendidikan spesialis jantung yang menghasilkan total hingga saat ini 860 dokter spesialis jantung,” ujarnya. Sementara itu, dengan era BPJS, fasilitas kesehatan primer dituntut memiliki kualitas yang mencukupi. Menurut Daniel, perlu ada standardisasi keilmuan.

“Perubahan guideline dalam bidang kardiovaskular terjadi cepat dalam kurun waktu 2-3 tahun. Ini harus segera diinformasikan kepada seluruh dokter di layanan primer sehingga kompetensi dokter umum dapat dipertahankan dan ditingkatkan merata di seluruh Indonesia,” lanjutnya.

Kesenjangan bidang layanan kardiovaskular dari primer sampai tersier ini harus dijembatani. Dokter di semua lini harus memahami standar pelayanan, seperti segera merujuk pasien sesuai dengan guideline ke tingkat selanjutnya agar dapat memperbaiki outcome.
Sementara itu, layanan kesehatan primer dapat mendorong preventif/ pencegahan penyakit kardiovaskular, seperti edukasi konsumsi makanan sehat, rendah lemak, garam, dan gula. Ditambah olahraga teratur bagi pasien yang sudah memiliki risiko penyakit kardiovaskular. “Kemampuan di lini layanan kesehatan primer juga harus optimal,” tukasnya.(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya