Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Menjadi Isu Dunia

16/4/2016 01:10
Menjadi Isu Dunia
(ANTARA/R REKOTOMO)

PENGAKUAN yang kurang terhadap keberadaan perempuan nelayan juga menjadi isu di berbagai negara lain. Hasil riset yang dilakukan FAO GLOBEFISH dan dilansir melalui situs Fao.org menjelaskan pekerjaan yang dilakukan perempuan nelayan lebih sering berkutat pada bagian pengolahan juga penjualan.

Namun, hal itu masih dihargai dengan sangat rendah, malah di beberapa kondisi tidak ada bayaran bagi perempuan nelayan yang bekerja.

Status tidak resmi bagi keberadaan perempuan nelayan itu berdampak pada tidak ada akses permodalan yang sebenarnya bisa membuat pekerjaan perempuan lebih efisien.

Peran perempuan dalam industri perikanan juga masih kurang dirasa. Salah satu contoh, dari 100 perusahaan terbaik di dunia bidang pengolahan perikanan (seafood), hanya satu perusahaan yang menempatkan perempuan sebagai pemimpin dalam perusahaan itu.
Di Pantai Gading, proses pembakaran ikan yang lebih efisien akan sangat berdampak bagi kehidupan para perempuan yang banyak menghabiskan waktu dengan hal itu.

Metode pembakaran ikan memang sangat populer bagi masyarakat di Pantai Gading atau Afrika Barat. Teknologi yang terjangkau akan berdampak bagi kesejahteraan keluarga nelayan.

“Terkadang mereka (perempuan) mengaku tidak bekerja dalam sektor apa pun di bidang perikanan. Tetapi setelah ditanya lebih lanjut, mereka ini membantu pada proses membersihkan dan mengolah ikan hingga pada tahapan penjualan,” ungkap pekerja FAO Fisheries, Lori Curtis. Sebab itu, FAO pun mendorong pengakuan lebih besar dan juga dukungan terhadap para perempuan di sektor perikanan. (Wnd/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya