Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Gejala Samar Serangan Jantung pada Perempuan

06/4/2016 02:40
Gejala Samar Serangan Jantung pada Perempuan
(THINKSTOCK)

Hormon estrogen yang dimiliki kaum perempuan tidak hanya mendukung fungsi reproduksi. Hormon itu juga bermanfaat menjaga kesehatan jantung.

Hormon estrogen membantu menjaga pembuluh darah tetap sehat. Dengan demikian, penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah jantung yang memicu serangan jantung bisa dicegah.

Namun, ketika memasuki masa menopause, kadar hormon estrogen itu akan menurun drastis. Perempuan pun menghadapi risiko terkena serangan jantung yang sama dengan laki-laki. Hanya, tantangan perempuan lebih berat karena kerap kali gejala serangan jantung yang muncul tidak khas.

“Serangan jantung yang khas ialah dada terasa seperti tertekan atau tertindih beban berat. Pada laki-laki, 80% serangan jantung disertai gejala itu sehingga mudah dikenali. Namun, pada perempuan, 30%-40% serangan tidak disertai gejala khas itu,” ujar Wakil Chairman Siloam Heart Institute, Antono Sutandar, pada diskusi kesehatan di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta, pekan lalu.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah itu menjelaskan perempuan kadang mengalami gejala yang tidak bisa dilokalisasi. Rasa tidak nyaman tidak terjadi di dada, tetapi di rahang, tenggorok­an, perut, lengan kiri atas, atau bagian belakang lengan kiri.

Karena itulah, jika seorang perempuan yang sudah menopause mengalami gejala-gejala mencurigakan itu sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Terlebih jika memiliki faktor risiko penyakit jantung, seperti merokok, mengidap diabetes, hipertensi, dan hiperkolesterol.

Antono menjelaskan berkat kemajuan teknologi kedokteran, kini kefatalan akibat serangan jantung bisa ditekan. Dulu sebelum era 1970-an, tingkat kematian akibat serangan jantung berkisar 30%. Sesudah 1970, ketika alat shock listrik untuk jantung ditemukan, kematian itu bisa ditekan hingga menjadi 15%.

Pada 1980-an, setelah pemakaian aspirin sebagai pengencer darah diterapkan, kematian akibat serangan jantung berkurang lagi menjadi 12%. Selanjutnya, pada 1990-an, setelah obat-obatan fibrinolitik yang berguna untuk menghancurkan sumbatan di pembuluh darah digunakan, kematian akibat serangan jantung menurun jadi 8%-9%. Setelah era 1995-an, dengan penerapan balonisasi untuk membuka sumbatan, tingkat kematian bisa ditekan hingga tinggal 5%-6%.

“Namun kuncinya, pasien ditangani secara cepat dan tepat. Kalau pasien datang ke rumah sakit kurang dari enam jam sesudah serangan, peluang sumbatan pada pembuluh darah jantung bisa dibuka semakin besar,” pungkas Antono. (Nik/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya