Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Tinggi, Fatality Rate Korona pada Anak

Faustinus Nua
09/12/2020 02:40
Tinggi, Fatality Rate Korona pada Anak
(Sumber: IDAI/Satgas Penanganan Covid-19/Tim Riset MI-NCR/ Grafis: SENO)

SUDAH lima hari Beny, 8, bocah yang duduk di kelas 3 SD itu berpisah kamar dengan sang ibu, yakni Saraswati, 48. Keduanya menjalani isolasi mandiri setelah terkonfirmasi positif covid-19 dari hasil swab test.

Semua bermula dari Saraswati yang mengeluh tidak enak badan, diare, dan kehilangan penciuman. Ia merasakan sejumlah gejala itu dua hari setelah pulang dari acara pernikahan keluarga besarnya di luar kota.

Ibu empat anak itu sempat berobat ke dokter dan diberi obat pereda demam dan diare. Karena merasa tidak membaik, Saraswati melakukan tes usap dan didiagnosis covid-19. Setelah itu, ia diberi tahu bahwa anak bungsunya, Beny, juga positif covid-19.

“Sehari-harinya, Beny tidak memperlihatkan gejala apa pun. Ia normal saja seperti biasanya. Cuma sedihnya, ya, kami harus hidup berjauhan dulu karena pisah kamar. Ini pertama kalinya dia mengurus dirinya sendiri. Mulai dari pakai baju hingga makan,” tutur Saraswati kepada Media Indonesia, kemarin.

Saraswati dinyatakan negatif covid-19 setelah isolasi mandiri tujuh hari. Beny baru sembuh dari covid-19 setelah menjalani isolasi mandiri 14 hari lamanya.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, sekitar 11,3% total kasus covid-19 di Indonesia ialah balita dan anak. Jumlahnya sekitar 64 ribu orang.

Meski proporsi angka kasusnya kecil, dokter spesialis anak Agnes Tri Harjaningrum mengatakan case fatality rate pada anak sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara lain yang juga mengalami lonjakan kasus seperti Amerika dan negara Asia Tenggara lainnya.

Dari sekitar 64 ribu anak yang terinfeksi oleh covid19 itu, kata Agnes, sebanyak 527 anak atau 3% dilaporkan meninggal selama periode Agustus-November 2020. Angka itu melonjak drastis jika dibandingkan dengan situasi Maret-Agustus 2020 yang hanya mencatat 77 anak meninggal akibat covid-19.

“Di Amerika banyak kasus meninggal, tapi jika dibandingkan, kasus pada anak paling 1 dari 5.000 yang meninggal. Kalau di kita, fatality rate itu tinggi 0,9, jadi 1 anak meninggal dari sekitar 107 anak,” tambah dokter anak di RS Permata Depok itu dalam diskusi daring via Instagram pada Minggu (6/12).

Menurutnya, faktor yang menyebabkan fatality rate pada anak di Indonesia sangat tinggi salah satunya fasilitas kesehatan penanganan covid-19 yang belum memadai.


Seribu wajah

Menurut Agnes, gejala covid-19 sangat beragam bahkan sampai diberi istilah penyakit seribu wajah. Awalnya, tutur Agnes, covid-19 memiliki gejala yang sangat mirip dengan sindrom flu, kemudian menjadi pneumonia. Namun, belakangan itu terus berkembang dan muncul gejala-gejala baru.

“Yang paling baru itu istilahnya MISC atau multiple inflammatory syndrome in children.  Nah, ini yang khas ada di anak, dewasa enggak ada,” terang Agnes.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman B Pulungan SpA (K) mengatakan kasus kematian anak akibat covid-19 di Indonesia  sebesar 3,2% dan itu tertinggi di Asia Pasifik.

Dari data IDAI, 1 dari 9 kasus terkonfirmasi positif covid-19 di Indonesia ialah anak-anak berusia 0-18 tahun. Meski tidak bergejala atau bergejala ringan, anak menjadi sumber penularan kepada orang di sekitar mereka.

Bukti-bukti juga menunjukkan anak juga dapat mengalami gejala covid-19 berat dan mengalami penyakit peradangan hebat akibat infeksi covid-19 ringan yang dialami sebelumnya.

Karena itulah, IDAI berpendapat pembelajaran jarak jauh (PJJ) di rumah masih yang ideal dilakukan saat ini. “Karena wabah covid-19 ini memang belum terkendali,” katanya dalam webinar, beberapa waktu lalu. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya