Seks Bebas Penyebab Terbanyak Penularan HIV/AIDS

MI
02/12/2020 00:45
Seks Bebas Penyebab Terbanyak Penularan HIV/AIDS
HIV/Aids(Dok. Istimewa)

SEBAGIAN besar pasien HIV/AIDS tidak menyangka dan sebagian kecil dari mereka sudah menebak kemungkinan menderita penyakit menular mematikan itu karena perilaku seks bebas yang dilakukannya.

Hal itu diungkapkan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam, kemarin, dalam memperingati Hari AIDS sedunia pada 1 Desember.

Penderita HIV/AIDS di Indonesia saat ini mencapai hampir 650 ribu penduduk. Jawa Timur dan DKI Jakarta ialah dua provinsi dengan kasus HIV/AIDS tertinggi.

Dari ruang praktiknya, Ari mengisahkan ia pernah menemui seorang anak muda yang positif terkena HIV/AIDS karena rutin pergi ke tempat-tempat yang memang menyediakan wanita untuk dikencani.

Ada juga, seorang suami yang setiap dinas ke luar kota selalu mencari layanan plus-plus hingga karyawan hotel yang kerja ekstra untuk melayani tamu bule sesama jenis. 

“Umur pasien juga bervariasi dari 25-65 tahun. Profesinya juga macammacam, dari mulai penjaja seks sampai ibu rumah tangga dari semua kalangan,” tutur spesialis penyakit dalam ini.

Sebagian besar pasien, kata Ari, datang dengan diare kronis, diare yang sudah berlangsung lebih dari 2 minggu. Sebagian besar pasien datang dengan berat badan turun.

Pasien dengan HIV bisa juga diawalnya mengalami kelainan pada kulit atau datang dengan kejang-kejang akibat virus HIV-nya sudah mengenai otak.

“Saat ini pasien-pasien saya yang diobati dan harus minum obat antiretroviral (ARV) seumur hidup dan juga obatnya gratis dari pemerintah bisa hidup normal tanpa keluhan bahkan berat badan mereka sudah kembali normal seperti sebelum sakit,” katanya.

Di masa pandemi covid-19, ODHA menjadi salah satu kelompok rentan yang berisiko tinggi terjangkit virus SARS-Cov-2 penyebab covid-19. Karena itu, dokter spesialis saraf yang berpraktik di RS Pusat Otak Nasional, Hendro Birowo mengatakan penting untuk tetap melanjutkan pengobatan ARV dan menerapkan protokol kesehatan 3 M.

Namun, tenaga ahli tim HIV RS Pengayoman Hendra Wijaya menyayangkan tersendatnya pengiriman obat antiretroviral selama pandemi ini. Padahal, ARV ini menjadi obat bagi para ODHA untuk dikonsumsi seumur hidup. Menurutnya, ini harus menjadi perhatian penting bagi pemerintah, khususnya Kemenkes.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan pihaknya menyoroti tingginya kasus HIV/AIDS pada ibu hamil yang mencapai 5.100 orang dari 1,7 juta ibu hamil yang dites HIV, sifi lis, dan hepatitis pada 2020. (Ata/Wan/Fer/H-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya