Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
TUGAS besar ilmu-ilmu sosial dan humaniora ialah memecahkan masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat. Dalam perkembangannya kedua bidang ilmu yang biasanya bernaung di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) di perguruan tinggi dituntut menciptakan sarjana yang mau membuka diri dan belajar di luar ilmu sosial.
Untuk menuju ke sana, fakultas ilmu-ilmu sosial sudah saatnya mereformasi besar-besaran kurikulum mereka untuk mengakomodasi lulusan yang mampu menjadi pemimpin dan wirausaha sosial (sociopreneur) serta menjadi perekat sosial.
Pemikiran tersebut dikemukakan Guru Besar Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Pratikno pada webinar bertema Sociopreneur sebagai pemberdayaan masyarakat berbasis keilmuan, yang digelar Forum Dekan Ilmu-Ilmu Sosial Se-Indonesia.
“Mindset yang harus diciptakan adalah para lulusan ilmu-ilmu sosial dan humaniora itu harus mampu menguasai bidang-bidang disiplin ilmu lain seperti bidang digital sains karena masa saat ini adalah era digital. Seorang sociopreneur itu harus punya smart digitalpreneur sehingga mindset dosen pun harus berubah,” kata Pratikno.
Sociopreneur atau wirausaha sosial ialah wirausaha berbasis bisnis dengan misi utama menciptakan social impact, yang meningkatkan harkat dan taraf hidup masyarakat. Menurut Pratikno, ada keharusan FISIP melakukan perubahan kurikulum itu karena tuntutan lainnya bahwa lulusan mereka harus punya karakter.
Dalam menanggapi hal itu, Dekan FISIP Universitas Sam Ratulangi, Manado, Novie R Pioh menyambut baik tawaran Pratikno itu dan berharap, para dekan FISIP se-Indonesia harus menyamakan pandangan terlebih dahulu. Dekan FISIP Universitas Sumatra Utara, Medan, Muryanto Amin juga menyatakan FISIP USU siap melakukan perubahan kurikulum besar-besaran. “Paling tidak, 2021 sudah kita coba praktikkan,” kata Muryanto.
Menurut Muryanto upaya ilmu-ilmu sosial berkolaborasi dengan ilmu lainnya merupakan tantangan yang harus dikelola secara baik. (PS/H-1)
Program ini dirancang untuk mencetak lulusan yang tidak hanya mahir mengolah data, tetapi juga mampu menciptakan solusi cerdas berbasis teknologi.
Mendikdasmen menjelaskan bahwa kurikulum untuk Sekolah Rakyat dirancang untuk memberikan kemampuan praktis dan keahlian yang disesuaikan dengan kondisi murid.
Pemprov Jateng juga sudah menyiapkan sejumlah alternatif lahan untuk membuat padepokan silat berstandar nasional maupun internasional.
Program ini dirancang untuk mencetak lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga siap bersaing di pasar tenaga kerja internasional.
SEBANYAK 100 titik Sekolah Rakyat dipastikan akan beroperasional, setidaknya di awal Agustus 2025. Itu diperkirakan bakal menampung lebih dari 9.700 siswa.
Tagana bekerja sama dengan BBPPKS Banjarmasin telah membuat program Tagana masuk sekolah untuk semua sekolah rakyat di Kalsel.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved