Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
ANGKA kematian tenaga kesehatan di Indonesia akibat covid-19 menjadi yang tertinggi di Asia dan nomor tiga di dunia setelah Rusia dan Mesir.
Ikatan Dokter Indonesia mencatat terdapat jumlah kematian pada 102 dokter umum & spesialis, 9 dokter gigi, dan 70 perawat. Delapan wilayah provinsi yang menjadi episentrum covid-19 menyumbang 74% angka kematian tersebut.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam mengatakan bertambahnya korban tenaga kesehatan yang meninggal karena virus korona menjadi masalah baru untuk Indonesia. Ia meminta pemerintah tidak memandang remeh hal tersebut.
“Ini merisaukan kami semua. Pemerintah mesti aware karena ini ialah garda terakhirnya. Dengan korban yang terus bertambah tentu sumber daya manusia (SDM) menjadi masalah buat kita,” kata Ari dalam Konferensi Pers Virtual Burnout Syndrome, kemarin.
Ia mencontohkan, dokter berbeda dengan gubernur. Jika gubernur meninggal, ia bisa digantikan dengan yang lain, tapi jika dokter yang meninggal, perlu bertahuntahun lagi untuk menciptaan satu dokter.
“Untuk menjadi dokter, lulus kuliah bisa lima setengah tahun, menjadi spesialis 4 tahun, apalagi menjadi konsultan dan tahapan lain. Berarti belasan tahun kita investasi untuk 1 dokter,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi mengatakan rasio kematian yang tinggi itu sangat memprihatinkan. “Dari 7417 total kematian terkonfi rmasi covid 19 (data per 31 Agustus 2020), sebanyak 1,36% di antaranya (102 orang) merupakan tenaga kesehatan Indonesia,” kata Adib.
Adib menambahkan, saat ini semua tenaga medis dan tenaga kesehatan memiliki peluang yang sama untuk terpapar covid-19. Apalag, situasi sekarang ketika banyak paparan transmisi lokal di masyarakat serta jumlah penderita tanpa gejala (OTG) semakin meningkat.
“Protection dan safety harus ditekankan di seluruh aspek pelayanan dengan meningkatkan upaya penerapan protokol dan panduan pelayanan kesehatan di era pandemi. Salah satu upaya antara lain dengan meningkatkan culture safety dan behaviour safety di tenaga medis dan tenaga kesehatan,” tuturnya.
Sindrom
Survei yang dilakukan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI menunjukkan, 82% tenaga kesehatan selama menghadapi pandemi.
“Survei ini dilakukan pada 1461 tenaga kesehatan seperti dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spsialis, perawat, bidan, apoteker dan analisis lab di seluruh Indonesia. Hasilnya 82% meng alami burnout sedang dan 1% berat,” kata pimpinan penelitian Dewi Sumaryani Soemarko.
Dewi menjelaskan burnout ialah sindrom psikologis akibat respons kronis terhadap stressor atau konflik. Terdapat tiga karakteristik gejala burnout, yakni keletihan emosi, kehilangan empati, dan rasa percaya diri. Ia menambahkan, tenaga kesehatan yang sudah menikah bahkan memiliki risiko burnout lebih besar.
“Anda bisa membayangkan para tenaga medis tidak pulang-pulang, sementara keluarga menunggu di rumah dan perasaan itu dipendam. Perasaan dipendam akan menimbulkan kelelahan di batin,” paparnya. (H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved