Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Ekosistem Reka Cipta, Lompatan Baru Pemulihan Ekonomi Nasional

Syarief Oebaidillah
25/8/2020 22:51
Ekosistem Reka Cipta, Lompatan Baru Pemulihan Ekonomi Nasional
Kerja sama Kemendikbud dengan PII dan Kadin Jakarta dalam ekosistem reka cipta(Dok. Pribadi)

PANDEMI Covid-19 dengan dampak yang menyertainya dalam berbagai sektor publik dapat menjadi batu loncatan untuk pemulihan pembangunan ekonomi nasional dengan ekosistem reka cipta.

“Saatnya pandemi Covid-19 ini kita jadikan sebagai lompatan baru menuju arah pemulihan ekonomi nasional melalui ekosistem reka cipta Indonesia,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Nizam dalam sambutan penandatanganan nota kesepahaman bersama Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan KADIN (Kamar Dagang Indonesia) DKI Jakarta, di Jakarta, Selasa (25/8).

Penandatanganan antara Ditjen Dikti Kemendikbud dengan PII dan KADIN Jakarta merupakan upaya membangun kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan dalam membangun ekosistem reka cipta di tanah air, juga mendorong peran serta dunia industri dalam mendukung para inovator di perguruan tinggi.

Selain itu, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk mendorong pengembangan sebuah platform yang menjembatani ekosistem rekacipta. Hal ini merupakan salah satu cara merangkul dunia pendidikan dengan mitra industri dan organisasi profesi dalam sebuah kerjasama pentahelix.

Dalam kesempatan tersebut hadir Ketua Umum Forum PII Heru Dewanto dan Ketua KADIN Jakarta Diana Dewi. Sedangkan dari Ditjen Dikti turut hadir Paristiyanti Nurwardani Sekretaris Ditjen Dikti, Didi Rustam Kepala Subbagian Tata Usaha Ditjen Dikti beserta Tim Kerja Akselerasi Reka Cipta Indonesia Ditjen Dikti yakni Achmad Aditya, M.Setiawan, Ade Kadarisman, Mahir Bayasut, dan Willy Sakareza.

Baca juga : LIPI-Danone Jajaki Kelanjutan Kerja Sama Riset dan Inovasi Pangan

Nizam menjelaskan kondisi pandemi Covid-19 menyadarkan pada tiga hal. Pertama kenyataan disrupsi yang mengglobal sehingga membutuhkan adaptasi untuk bertransformasi digital.

Kedua, peningkatan penemuan reka cipta perguruan tinggi pada dua bulan terakhir selama masa pandemi covid-19. Ketiga, fakta bahwa disrupsi mampu mengubah keterbatasan menjadi peluang untuk menciptakan reka cipta yang dirasa tidak mungkin dilakukan.

“Pembelajaran daring menjadi contoh transformasi digital dimasa pandemi Covid-19,” jelasnya.

Guru Besar Universitas Gadjah Mada itu menambahkan, selama ini perguruan tinggi dan dunia industri masih berjalan sendiri-sendiri dan belum saling terkait dengan permasalahan yang dihadapi oleh industri. Sehingga terjadi missing link antara pihak inovator dan investor.

Namun kondisi ini mulai berbeda ketika Indonesia diterjang Pandemi Covid-19. Perguruan tinggi berlomba berinovasi menciptakan alat dan obat untuk menghadapi pandemi Covid-19.

Lebih dari 1.000 inovasi berbentuk teknologi dan obat diciptakan oleh perguruan tinggi diantaranya masker 3D, robot perawat, drone, alat rapid test, ventilator, dan lain lain. Investor turut mendukung produksi berbagai alat tersebut. Sehingga fenomena ini menjadi contoh yang selayaknya dilakukan antara inovator dan investor.

"Jika kita perhatikan bersama, saat ini adalah momentum yang tepat bagi kita menghadapi tantangan dalam kondisi pandemi untuk melakukan lompatan dan terobosan rekacipta untuk meningkatkan nilai ekonomi. Seperti amanah Presiden Joko Widodo untuk mengubah kondisi ekonomi dari yang negatif menjadi positif," tutur Nizam.

Sesditjen Dikti Kemendikbud Paristiyanti menambahkan, berbagai upaya terus dilakukan untuk berkolaborasi dengan semua pihak. Kerja sama lintas sektor terus dilakukan dalam menangkal dampak pandemi Covid-19.

Melalui kerja sama itu juga diharapkan dapat membentuk ruang bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan pendekatan pengembangan enterpreneur dalam berbagai bentuk sebagai respon atas transformasi digital yang tengah terjadi saat ini diberbagai bidang.Kesempatan tersebut harus terbuka lebar bagi perguruan tinggi, khususnya bagi mahasiswa dan fresh graduate.

“Dengan semangat gotong royong, pemulihan perekonomian nasional dapat kita raih melalui ekosistem reka cipta Indonesia,” ujar Paris

Selain meningkatkan kolaborasi antara peneliti dan investor, kerja sama ini turut mengimplementasikan kebijakan Kampus Merdeka.

“Kerja sama ini membuka ruang bagi mahasiswa untuk belajar dan magang di dunia industri yang bisa dilakukan antara 6-10 bulan. Hal ini mengupayakan lulusan yang relevan dengan dunia usaha. Sehingga membuka peluang menciptakan lulusan yang siap bekerja ,” pungkas Paris.

Baca juga : Setelah N250, Menristek Pastikan Pengembangan Pesawat Berlanjut

Pada kesempatan tersebut Diana Dewi menyampaikan apresiasi atas gagasan Ditjen Dikti Kemendikbud dalam membangun ekosistem reka cipta Indonesia.

Hal itu dinilainya sejalan dengan berbagai upaya dalam menghadapi dampak pandemi covid-19 yang telah membawa perubahan sosial, khususnya bagi dunia usaha. Dewi pun percaya jika sumber daya manusia Indonesia lulusan perguruan tinggi memiliki kecapakan dan pengetahuan untuk memberikan solusi. Kondisi ini juga mengharuskan industri untuk terus kreatif dalam menyusun pola bisnis yang baru.

“Kolaborasi ini dapat mengembangkan ruang ekspresi reka cipta sesuai tantangan dan kebutuhan dunia usaha saat ini,” ujarnya.

Selanjutnya, Heru Dewanto Ketua Forum PII mengatakan bahwa reka cipta sekarang telah mengalami transformasi. Dahulu banyak yang memaknai reka cipta sebagai sebuah proses yang dimulai dari science, lalu engineering, dan lahir reka cipta baru. Saat ini reka cipta tidak hanya dilahirkan dari konteks laboratorium, melainkan dapat lahir dan tumbuh dari aktivitas keseharian.

Namun, disisi lain implementasi reka cipta masih mengalami tantangan pada tahap komersialisasi. “Sehingga melalui ekosistem reka cipta, tidak ada lagi valley of death atau lembah kematian pada tahapan komersialisasi reka cipta,” ujar Heru. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya