Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
VIRUS flu babi baru (G4 EA H1N1) tidak ditemukan di Indonesia. Informasi itu didasarkan pada hasil surveilans dan analisis genetik yang dilakukan Balai Veteriner Medan dan Balai Besar Veteriner Wates.
Dari beberapa sampel virus flu babi yang pernah ditemukan di Indonesia, terbukti berbeda dengan virus flu babi baru (G4 EA H1N1).
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan, di Indonesia, berdasarkan data dan informasi di Kementan, virus flu babi baru G4 EA H1N1 ini belum pernah ditemukan di Indonesia.
“Kami telah membuat Surat Edaran tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Galur Baru Virus Flu Babi H1N1 (G4 EA H1N1). Surat edaran ini mengajak semua pihak terkait meningkatkan kerja sama, mewaspadai, dan menyiapkan rencana kontingensi kemungkinan masuk dan munculnya G4 EA H1N1 di Indonesia,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (13/7).
Baca juga: Batasan Biaya Tertinggi Rapid Test Berlaku untuk Pasien Mandiri
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan pemerintah berkewajiban memberikan informasi yang tepat tentang virus flu babi yang baru ini untuk meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan, baik bagi para petugas kesehatan dan kesehatan hewan, juga untuk masyarakat umum.
Ia juga menyambut baik kegiatan kolaborasi antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian melalui pendekatan One Health dalam upaya mencegah penyakit zoonosis.
“Kita terus lanjutkan dan perkuat kerja sama One Health yang sudah berjalan baik dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan koordinasi dari Kemenko PMK,” kata Achmad.
Kementerian Kesehatan juga telah menerbitkan Surat Edaran tentang Kewaspadaan Terhadap Galur Baru Virus Flu Babi H1N1 (G4 EA H1N1) yang disampaikan kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi dan satuan kerja kesehatan terkait lainnya di seluruh Indonesia.
Direktur Kesehatan Hewan, Kepala Pusat BDTK Litbangkes Tjandra Yoga Adhitama mengatakan Indonesia sudah memiliki modal melalui pembelajaran pandemi flu babi dan flu burung sebelumnya, sehingga surveilens dan jejaring laboratorium yang sudah ada menjadi modal untuk antisipasi adanya ancaman pandemic baru.
“WHO sendiri terus melakukan monitoring terhadap perkembangan G4 ini sendiri karena sebenarnya virus H1N1 G4 ini dilaporkan sejak 2016 dan CDC juga terus melakukan monitoring terhadap pekembangan virus tipe G4 ini. Yang penting kita tetap melakukan kewaspadaan dan tindakan pencegahan mulai dari hulu, yaitu pencegahan pada hewan khususnya babi,” ucap Tjandra. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved