Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
SIAPA yang Memasak Makan Malam Adam Smith? Kisah tentang Perempuan dan Ilmu Ekonomi.
Judul itu sudah cukup memberi gambaran mengenai isi yang bakal dibahas dalam buku karya Katrine Marçal itu. Penulis yang juga seorang jurnalis feminis asal Swedia ini hendak menantang tata ilmu ekonomi yang selama ini dianggapnya terlalu maskulin.
Seorang yang dianggap sebagai bapak ekonomi modern, Adam Smith, pernah menuliskan kutipan terkenal pada 1776, ‘Bukan karena kebaikan hati tukang daging, tukang minuman, atau tukang roti kita bisa mendapatkan makan malam kita, melainkan karena mereka memikirkan kepentingan diri mereka sendiri-sendiri’.
Smith meyakini manusia sebagai homo economicus bergerak dan bertindak atas dorongan kepentingan dan pemenuhan kebutuhan diri. Paham itu pula yang melandasi seluruh bangunan ilmu ekonomi liberal.
Terkait dengan pemahaman itu, Marçal hanya bertanya, “Benarkah demikian?” Ia memberikan fakta bahwa Adam Smith hampir sepanjang hayat bersama ibunya, Margaret Douglas. Ia dirawat dan disiapkan makan. Ia hidup dengan kebaikan hati dan kasih sayang ibunya. Bukan sekadar kepentingan diri. Tidak ada makan siang (atau malam) gratis, begitu istilah yang kerap dipakai dalam ekonomi.
Di balik nama besarnya sebagai ekonom, menurut Marçal, Adam Smith hanya berhasil menjawab separuh pertanyaan fundamental ekonomi. Ia tidak mendapatkan makan malamnya hanya karena para pedagang memenuhi kepentingan diri mereka sendiri melalui perdagangan. Adam Smith mendapatkan makan malamnya karena sang ibu memastikan makanan terhidang di atas meja setiap malam.
Dalam pendahuluan, Marçal membuka prolog dengan mengungkapkan feminisme selalu berkisar tentang ekonomi. Ia melanjutkannya dengan sajian krisis ekonomi 2008. Dimulai dari kepailitan bank investasi Amerika, Leh man Brothers. Segera saja bank dan perusahaan di seluruh dunia menyusul.
Marçal juga menabrak ajaran andai kata setiap orang mau bekerja, membayar pajak, dan tidak banyak ribut, segalanya akan beres dengan sendirinya. Berkenaan dengan itulah, Marçal memberi perspektif lain dalam menjawab krisis.
‘Buku ini bermaksud memberi perspektif penting; perspektif jenis kelamin’ (hlm 4). Alih-alih hanya berbincang soal teori dan peristiwa ekonomi, Marçal juga memasukkan argumennya soal manusia. Ia kerap menyebut manusia ekonomi. Menurutnya, ilmu ekonomi telah menjadi logika dan permainan di dalam semestanya sendiri. Semua orang di mana pun bisa dipandang sebagai manusia ekonomi, yakni pengejawantahan perorangan dari kesadaran ekonomi yang sama yang tidak mungkin bisa keliru. Segala yang terjadi adalah rasional.
‘Manusia ekonomi tidak punya hormon dan ASI yang terus menetes. Ia tidak punya tubuh’ (hlm 68). Ciri utama manusia ekonomi ialah ia bukan perempuan. Ilmu ekonomi hanya kenal satu jenis kelamin. Perempuan bisa memilih, berusaha menjadi seperti manusia ekonomi atau menjadi kebalikannya. Lengkapi dan seimbangkan logika rasionalitasnya yang keras dan kepentingan dirinya.
Teori ekonomi berkukuh bahwa keluaran ekonomi itu bersifat netral gender. Itulah sebabnya, Marçal menyeru bahwa seharusnya ilmu ekonomi memandang manusia sebagai makhluk yang beralasan. Ilmu itu seharusnya memandang pribadi sebagai seseorang yang bertindak sesuai ikatannya dengan yang lain. Bukan hanya dari kepentingan diri dan mengingkari segala konteks serta hubungan kekuasaan.
Sebagai penutup, ada pernyataan cukup keras dari sudut pandang feminisme. ‘Jika ingin memahami mengapa kita menggalami kenaikan ketimpangan ekonomi, Anda harus memahami perspektif feminis dari ilmu ekonomi; bagaimana Adam Smith memperoleh makan malamnya dan mengapa ini bermakna penting secara ekonomi’ (hlm 201). (Zuq/M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved