Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
MENTERI Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek mengimbau masyarakat di semua kota di Indonesia agar berkomitmen menekan tingkat polusi.
Hal itu perlu dilakukan karena tingkat polusi udara yang tinggi dapat menjadi faktor utama munculnya dan kambuhnya penyakit asma.
"Tidak hanya polusi akibat bahan bakar. Polusi karena rokok juga harus ditekan," sebut Menkes dalam acara HUT ke-30 Yayasan Asma Indonesia di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Minggu (28/2).
Upaya menciptakan lingkung-an yang bersih dan bebas polusi, menurut dia, merupakan bagian dari kegiatan promotif untuk mencegah asma.
Menciptakan lingkungan yang bebas polusi, lanjut dia, bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan juga tanggung jawab masyarakat dan swasta.
"Bukan cuma gubernur yang harus bekerja, melainkan juga kita harus jaga lingkungan," pungkasnya.
Hubungan antara polusi dan tingkat asma memang telah dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut WHO, beban kesehatan akibat asma yang dipicu polusi berkisar 15 juta jiwa usia produktif per tahun.
Asma juga menyebabkan anak-anak kehilangan hari sekolah, dengan persentase Asia 16%, Eropa 34%, dan Amerika Serikat 40%.
Sementara itu, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi asma di Indonesia sebesar 4,5%.
Di RSUP Persahabatan, dari 1998 hingga saat ini, terdapat sebanyak 6.167 pasien rawat jalan di poli asma.
Pada kesempatan itu, dalam rangka perayaan hari ulang tahun ke-30 Yayasan Asma Indonesia (YAI), juga dilakukan pemeriksaan fungsi paru-paru secara gratis pada 1.000 peserta.
Ketua YAI Retno Raman Saman mengatakan pemeriksaan paru dilakukan dengan alat peak flow meter.
Ada juga pelaksanaan massal senam asma Indonesia.
Olahraga itu dirancang khusus untuk melatih otot paru dan juga ramah bagi pengidap asma karena tak memicu serangan akibat kecapaian. (Mlt/H-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved