Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Eijkman akan Kembangkan Vaksin Virus Korona

 Ihfa Firdausya
17/2/2020 19:55
Eijkman akan Kembangkan Vaksin Virus Korona
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Subandriyo(MI/Andry Widyanto)

LEMBAGA Biologi Molekuler Eijkman yang berada di bawah Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah membahas pengembangan vaksin virus korona n2019-cov. Dalam hal ini, Eijkman bekerja sama dengan PT Biofarma.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Eijkman Amin Soebandrio saat melakukan Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (17/2). 

Menurutnya, saat ini Eijkman telah melakukan pembahasan awal dengan PT Biofarma untuk mengembangkan vaksin tersebut.

"Kami sudah bersepakat untuk berupaya mengembangkan vaksin untuk coronavirus yang kedua ini," tutur Amin.

Namun, katanya, saat ini belum tersedia isolat untuk pengembangan vaksin tersebut. Hal ini karena di Indonesia belum terdapat pasien yang terjangkit virus korona.

"Pendekatan vaksin kan paling gampang kalau kita sudah punya virusnya. Dari virus itu kemudian kita identifikasi antigenik-nya. Saat ini kita belum punya virusnya. Kalau negara lain barangkali sudah punya pasiennya," jelasnya.

Amin menjelaskan, jika isolat virus ini belum tersedia di Indonesia, akan digunakan kajian in-silico (menggunakan komputer) untuk mengindentifikasi bagian-bagian antigenik virus korona berdasarkan informasi genetik virus ini yang sudah tersedia di GeneBank.

"Kita menerapkan teknik in-silico untuk mengidentifikasi bagian-bagian yang memang memiliki sifat antigenik dan juga protektif. Kita bisa pelajari dengan komputer bagian-bagian mana saja kemudian kita buat proteinnya secara sintetis. Itu teknologinya sudah tersedia," ungkapnya.

Pihaknya belum bisa menyampaikan berapa lama waktu pengembangan vaksin ini hingga bisa tersedia.

"Internasional dengan fasilitas yang sangat baik mereka bisa menghasilkan vaksin dalam waktu 18 bulan, mungkin Indonesia butuh waktu sedikit lebih lama dari itu," kata Amin.

Dia mengatakan bahwa kesepakatan internasional menetapkan jika terkait dengan ancaman wabah yang mendunia maka proses pengadaan vaksin, perizinan dan sebagainya, bisa diperpendek.

"Tapi sebetulnya sebagian besar dari proses pembuatan vaksin itu adalah masalah administrasinya. Mudah-mudahan dengan kerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Badan POM proses itu bisa diperpendek," tutupnya.

Baca juga: Siaga Darurat COVID-19, Wiranto Panggil Stakeholder Terkait

Komisi VII DPR RI sendiri mendukung agar Eijkman bisa mengembangkan vaksin virus korona ini dengan cepat. Anggota Komisi VII dari fraksi PKS Mulyanto mendesak Kemenristek/Brin agar segera mengalokasikan dana untuk hal tersebut.

"Jangan sampai sudah membesar baru kita kaget. Kita harus kembangkan vaksin ini, harus ada langkah-langkah serius," katanya dalam rapat tersebut.

Selain itu, menurut Mulyanto, dalam situasi ini peran Eijkman harus dikuatkan terkait kajian virologi.

"Jadi saya sangat mendukung sekali, pertama, adalah deteksinya (virus korona) lebih masif lagi, pemantauannya lebih terstruktur, pengembangan vaksin, termasuk studi-studi virologi," pungkasnya.

Ditemui seusai rapat, Amin mengungkapkan bahwa virus korona bukan hal baru bagi lembaga Eijkman. Dia mengatakan pihaknya sudah melakukan penelitian sejak dua/tiga tahun yang lalu di beberapa daerah untuk mempelajari virus-virus yang terdapat pada manusia dan hewan.

"Jadi salah satu yang ingin kami yakinkan adalah bahwa Indonesia sudah punya kemampuan mendeteksi virus korona sejak lama. Jadi kalau dibilang kita tidak punya kemampuan untuk mendeteksi virus korona itu tidak benar," ungkapnya. (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik